Pada Blog kali ini saya ingin me-review dari Blog yang
sudah pernah saya buat, disimak baik-baik yaa!
Psikodiagnostik yaitu studi ilmiah tentag berbagai
metode untuk membuat diagnostik psikologis agar dapat meperlakukan manusia
dengan tepat. Selain itu dapat juga dikatakan sebagai alat bantuk untuk
memahami tingkah laku manusia, serta membedakan tingkah laku manusia normal dan
abnormal.
Awalnya pada tahun 1921, Herman Rorschach pertama kali
memperkenalkan metode psikodiagnostik dalam buku terbitannya, dan hingga
sekarang semakin berkembang.
Ada berbagai macam fungsi atau kegunaan pada
Psikodiagnostik di berbagai macam bidang, diantaranya:
-
Clinical Setting à dilakukan pada rumah sakit atau pusat kesehatan
mental, yang berguna untuk mendeteksi gangguan psikis pada pada diri seseorang.
-
Legal Setting à biasa dilakukan diperadilan atau tempat rehabilitas
lainnya, yang berguna untuk membantu proses peradilan supaya permasalahan
psikologis yang dialami seseorang dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
mengambil keputusan.
-
Educational and
Vocational Selection à
biasa dilakukan untuk pemilihan jurusan di SMA atau di perguruan tinggi,
pemilihan pekerjaan dan rekruitmen.
-
Reasecrh Setting à dilakukan di perguruan tinggi untuk pengembangan
alat-alat penelitian.
Untuk mendiagnostik dari perilaku atau tingkah laku
yang ingin kita ketahui dapat melalui 2 pengukuran, diantaranya:
-
Method
Cara untuk mengukurnya. Terdapat beberapa macam metode
yang dapat kita gunakan yaitu:
o Observasi
Metode
yang dilakukan secara sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan
terhadap subjek yang diteliti. Tujuannya untuk memperoleh data mengenai subjek,
yang tidak diperoleh dari metode lain. Selain itu, observer akan lebih berfokus
pada penemuan dalam proses observasi, dibandingkan dengan pembuktian teori.
o Wawancara atau Interview
Merupakan
percakapan antara dua orang atau lebih yang berlangsung antara interviewee dan
interviewer. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi dimana
interviewer mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh interviewee.
o Tes Psikologi
Metode
tes psikologi dapat membantu memperoleh gambaran diri subjek. Kelebihan dari
tes psikologi adalah bentuknya yang standar sehingga mengurangi bias yang
mungkin muncul selama proses pemeriksaan berlangsung. Respon yang diberikan
diubah dalam bentuk skor dan dapat dibuat analisis kuantitatif. Skor yang
didapat kemudian diinterpretasikan sesuai dengan norma yang ada.
o Analisa Dokumen atau Riwayat Hidup
Dokumen
yang dapat dianalisa berupa ijazah sekolah, arsip pekerjaan, catatan medis,
buku harian, tabungan, surat, dsb. Data dalam bentuk dokumen ini memiliki
kelebihan karena dapat terhindar dari distorsi memori, jenis respon, motivasi
atau faktor situasional.
-
Tools
Alat untuk mengukurnya secara utuh. Dalam hal ini
dimaksudkan alat tes yang digunakan terkait berbagai macam faktor seperti
intelegensi, kemampuan kerja, inventory, grafis, proyektif, serta minat dan
bakat.
Nah berikut ini saya akan membahas berbagai macam alat
tes dari mulai cara mengukurnya dari berbagai faktor, hingga tujuan dari tes
itu sendiri..
1.
Tes Intelegensi
Pada tahun 1905 di Paris, tes inteligensi anak yang
pertama dari Alfred Binet dan Theodore Simon di susun berdasarkan kebutuhan
guna membedakan anak-anak sekolah ke dalam golongan anak-anak norma dan
anak-anak terbelakang materi. Woodworth berpendapat bahwa inteligensi mencakup
kemampuan untuk melihat suatu masalah dengan jelas dan lengkap, untuk
menggunakan pengalaman lampau guna memecahkan masalah tersebut, dan tindakan
untuk tidak segera menerima suatu pemecahan tanpa memeriksa kembali untuk
menyakinkan apakah masalah tersebut benar-benar terpecahkan.
Pentingnya kita untuk mengukur tingkat intelegensi
seseorang bisa dilihat dari berbagai faktor, missal dari faktor seleksi, jika
kita sudah mengetahui tingkat intelegensi dari seseorang kita dapat memberikan
keputusan yang terbaik sesuai kebutuhan diantara pelamar dengan mencari suatu
patokan nilai yang akan menentukan apakah dapat diterima atau tidak dapat
diterima. Selain itu dengan mengetahui tingkat intelegensi kita dapat
mengetahui anak-anak yang normal dan anak-anak yang keterbelakangan mental.
Dalam tes ini ada beberapa alat ukur yang biasanya digunakan seperti:
-
IST
Tes ini terdiri dari
bagian-bagian yang saling berhubungan secara struktur, dimana dari struktur
tersebut menggambarkan pola kerja tertentu. Tes ini cocok untuk digunakan dalam
memahami diri dan pengembangan pribadi, merencanakan pendidikan dan karir serta
membantu dalam pengambilan keputusan hidup seseorang.
Terdiri dari 9 subtes
yang keseluruhannya berjumlah 176 item. Masing-masing subtes memiliki batas
waktu yang berbeda-beda dan diadministrasikan dengan menggunakan manual
(Polhaupessy, dalam Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009).
Setelah didapatkan
Standardized Score, maka tahap interpretasi dapat dilakukan. Kesembilan subtes
saling berkaitan, sehingga harus dilakukan semuanya dan interpretasinya harus
dilakukan secara keseluruhan (Amthauer dalam Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009).
Interpretasi yang dapat
dilakukan dari tes IST adalah sebagai berikut:
1. Taraf
kecerdasan. Taraf kecerdasan didapat dari total SW. Nilai ini dapat
diterjemahkan menjadi Intelligent Quotient (IQ). Nilai ini dapat menggambarkan
perkembangan individu melalui pendidikan dan pekerjaan. Nilai ini perlu
dihubungkan dengan latar belakang sosial serta dibandingkan dengan kelompok seusianya.
2. Dimensi
Festigung-Flexibilität. Dimensi Festigung-Flexibilität menggambarkan corak
berpikir yang dimiliki oleh subjek. Dimensi Festigung-Flexibilität merupakan
dua kutub yang ekstrim, Keduanya menggambarkan corak berpikir yang ekstrim
pula. Kutub Festigung memiliki arti corak berpikir yang eksak, sedangkan kutub
Flexibilität memiliki arti corak berpikir yang non-eksak. Corak berpikir ini
merupakan hasil perkembangan (pengalaman) individu yang akan semakin mantap ke
salah satu kutub seiring bertambahnya usia. Cara menentukan seseorang subjek
apakah memiliki kecenderungan Festigung atau Flexibilitat adalah dengan
membandingkan nilai GE+RA dengan nilai AN+ZR. Jika nila GE+RA lebih besar maka
subjek memiliki kecenderungan Festigung, sebaliknya jika nilai AN+ZR lebih
besar maka subjek memiliki kecenderungan Flexibilitat.
3. Profil
M-W. Profil M-W menggambarkan cara berpikir, apakah verbal-teoritis atau
praktis-konkrit. Untuk mendapatkan profil dalam bentuk huruf M atau W ini dapat
dilihat dari 4 subtes pertama (SE, WA, AN, GE) yang tampak pada grafik. Jika
grafik menunjukkan bentuk huruf M pada 4 subtes pertama maka profilnya adalah M
(verbal-teoritis), jika yang tampak adalah bentuk huruf W maka profilnya adalah
W (praktis-konkrit).
-
CFIT
Tes
yang dikembangkan oleh R.B. Cattel pada tahun 1920, pernah melakukan beberapa
kali revisi untuk meningkatkan validitas. Pada tahun 1949, skala yang digunakan
tes ini mengalami perubahan. Sejak itu skala tes yang ada dipakai hingga
sekarang.
CFIT
mengukur inteligensi individu dalam suatu cara yang direncanakan untuk
mengurangi pengaruh
kecakapan verbal, iklim kebudayaan dan tingkat pendidikan (Cattell dalam
Kumara, 1989). Alasannya yaitu perbedaan kebudayaan dapat mempengaruhi
performance test (hasil), sehingga dikembangkan tes yang adil budaya (culture
fair) antara lain CFIT.
Aspek yang Diukur CFIT
- Subtes 1
Sistematika berpikir,
yaitu kemampuan berpikir runtut untuk memahami rangkaian suatu permasalahan
yang berkesinambungan.
- Subtes 2
Ketajaman diferensiasi,
yaitu kemampuan untuk mengamati hal-hal yang detail secara tajam dan berpikir
dengan kritis untuk mengidentifikasi permasalahan.
- Subtes 3
Asosiasi,
yaitu kemampuan analisa-sintesa untuk menghubungkan dua atau lebih
permasalahan
yang serupa.
- Subtes 4
Pemahaman konsep, yaitu
kemampuan memahami suatu prinsip untuk diterapkan ke dalam situasi yang
berbeda.
-
SPM
Dipublikasikan
pertama kali pada tahun 1938 oleh John. C Raven. Tes ini terdiri dari (5)
kelompok soal (A, B, C, D, E), dimana masing-masing kelompok soal berisi 12
soal. Dengan demikian, jumlah keseluruhan soal adalah sebanyak 60 soal. Setiap
soal dimulai dari soal yg mudah hingga soal yg sulit, dimana kondisi ini
menunjukkan bahwa dibutuhkan kapasitas kognitif untuk memasukkan dan menganalisa
informasi. Semua kelompok soal pada tes ini disajikan dengan dicetak tinta
hitam pd latar putih (hitam putih).
Tes
ini dirancang khusus untuk testee berusia 11–65 tahun, dimana tes ini dapat
disajikan secara individual ataupun klasikal. Waktu untuk mengerjakan tes ini
kurang lebih 30 menit.
Aspek yg diukur pada tes ini yaitu:
1. Daya Abstraksi:
kemampuan menangkap, membayangkan dan menganalisa suatu hal yg ditangkap atau dilihat indera
secara abstrak.
2. Berpikir Logis atau
Menalar: kemampuan umenarik kesimpulan menurut aturan logika dan membuktikan
bahwa kesimpulan itu benar.
3. Berpikir Sistematis:
kemampuan umengerjakan atau menyelesaikan suatu tugas sesuai dengan urutan, tahapan, langkah, atau
perncanaan yg tepat, efektif, dan efisien.
4. Kecepatan dan
Ketelitian: kemampuan untuk menangkap, mengolahinformasi dengan cepat dan
teliti.
5. Konsentrasi: kemampuan
umemberi atensi atau perhatian terhadap suatu hal dalam suatu hal dalam suatu
waktu dengan baik.
-
WAIS
Test Wechsler mula-mula diterbitkan pada tahun 1939
dengan nama Wechsler – Bellevue Intelligence Scale (Biasa di singkat W – B) dan
revisinya diterbitkan tahun 1955 dengan nama Wechsler Adult Intelligence Scale
(WAIS). Tes Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS) adalah skala inteligensi
Wechsler yang standar untuk mengukur potensi inteligensi subyek dewasa usia 16
tahun sampai 75 tahun atau lebih, yang penyajiannya secara individual.
WAIS mengukur dua
aspek kemampuan potensial subyek yaitu aspek Verbal dan aspek Performance. Wawasan yang diukur oleh kedua aspek tersebut yaitu:
1. Aspek Verbal: Informasi, rentang angka,
pengertian, hitungan, pemahaman, persamaan.
2. Aspek Performance: melengkapi gambar,
mengatur gambar, rancangan gambar, merakit obyek, symbol angka.
-
WISC
Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC)
Intellengence quotient sering disingkat dengan IQ merupakan hasil tes
intelegensi untuk mengukur kemampuan dan intelegensi seseorang. Wechler (1949)
menciptakan skala intelegensi pada anak-anak yang di kembangkan berdasarkan
skala W-B (Wechsler-Bellevue Intelligence Scale) dan di namakan WISC (Wechsler
Intelligence Scale for Children). Pada tahun 1974 di revisi menjadi WISC-R
(huruf R singkatan dari revised). Tes ini dipakai untuk mengukur intelegensi
anak-anak usia 6 sampai 16 tahun.
2.
Tes Kemampuan
Kerja
Pada
tes ini dapat melihat mengenai sikap kerja, ketelitian, kecermatan, dan lain
sebagainya yang berhubungan dengan dunia pekerjaan. Pentingya mengukur
kemampuan seseorang untuk dapat menempatkan calon pada divisi yang tepat, dalam
tes ini ada berbagai macam tools yang digunakan, seperti:
-
Pauli
Tes
Pauli dikembangkan pada tahun 1983, oleh Dr. Richard Pauli bersama dengan Dr.
Wilhem Arnold dan Prof. Dr. Van Hiss.
Tujuan
pengukuran tes Pauli adalah mengetahui batas perbedaan kondisi individu,
melihat prestasi dengan tepat, dan mengetahui pengaruh sikap kerja terhadap
prestasi.
Aspek
kepribadian yang diukur dalam tes Pauli antara lain:
1.
Kekuatan kemauan
2.
Daya tahan dan
keuletan
3.
Ketekunan dan
konsentrasi
4.
Daya penyesuaian
5.
Vitalitas/energi
(dengan asumsi, energi = prestasi)
6.
Kecermatan dan
ketelitian
7.
Stabilitas emosi
8.
Sikap terhadap
tugas, sikap dalam menghadapi tantangan, dan cara mengendalikan diri.
Meskipun tes Pauli banyak mengukur sikap kerja namun tes Pauli
masih dapat digolongkan tes kepribadian karena unsur yang paling kuat dalam tes
Pauli adalah kemauan (motivasi) dan juga kemampuan. Hasil kerja merupakan
fungsi dari motivasi dan kemampuan. Motivasi merupakan hasil dari niat dan
kemauan. Kemampuan merupakan kekuatan tindakan yang responsif berupa gerakan
motorik, kegiatan intelektual, pengendalian diri secara umum, dan kemampuan
untuk membedakan hal yang penting. Seseorang bisa mencapai/ menghasilkan
sesuatu dengan melakukan kegiatan-kegiatan/ bekerjadalam suatu kerja selain
dibutuhkan kemauan juga harus didukung oleh faktor stabilitas emosi dan
ketahanan dalam bekerja.
-
Kreaplin
Tes
Kraeplin merupakan salah satu jenis tes yang diciptakan oleh seorang psikiater
jerman bernama Emilie kraepelin pada tahun 1856 – 1926. Yang pada mulanya
bertujuan untuk membedakan antara orang yang normal dan tidak normal. Tetapi
dalam perkembangannya, tes ini digunakan oleh sebagian pihak dalam rangka
mengetahui bakat yang dimilki untuk penempatan kerja.
Menurut
Anne Anastasi (Psychological Testing), tes Kraeplin merupakan sebuah ‘Speed
Test’. Dengan ciri utama dari sebuah speed tes adalah tidak adanya waktu yang
cukup untuk menyelesaikan semua soal. Jadi pada tes ini, testee memang tidak
diharapkan untuk dapat menyelesaikan sepenuhnya setiap jalur, tapi penilaian
yang dilihat disini adalah bagaimana kecepatan kerja, ketelitian, konsentrasi,
stabilitas dan ketahanan yang dimiliki testee dalam kerja.
Tujuan Test Kraepelin
Tujuan
dari tes Kraepelin sebenarnya adalah digunakan untuk menentukan sepertia apa
tipe performance seseorang, misalnya hasil penjualan yang rendah, dapat
menggindikasi adaya gejala depresi mental. Terlalu banyak seseorang
melakukan salah hitung, dapat mengindikasikan adanya distraksi mental.
Selain
itu tes Kraepelin juga dapat digunakan untuk mengukur seberapa maximum performance
dari seseorang. Hal itulah yang menyebabkan tekanan skoring dan interpresi
lebih didasarkan pada hasil tes yang diperoleh secara obyektif bukan pada arti
proyektifnya.
3.
Tes Evaluasi
Belajar
Tes merupakan
serangkaian soal yang harus dijawab oleh siswa. Dalam hal ini, tes hasil
belajar dapat digolongkan kedalam tiga jenis berdasarkan bentuk pelaksanaanya,
yaitu (a) tes lisan, (b) tes tulisan, dan (c) tes tindakan atau perbuatan. Tes
tertulis dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas dan
pencil sebagai instrumen utamanya, sehingga tes mengerjakan soal atau jawaban
ujian pada kertas ujian secara tertulis, baik dengan tulisan tangan maupun
menggunakan komputer. Sedangkan, Tes lisan dilakukan dengan pembicaraan atau
wawancara tatap muka antara guru dan murid. Sedangkan, Tes perbuatan mengacu
pada proses penampilan seseorang dalam melakukan sesuatu unit kerja. Tes
perbuatan mengutamakan pelaksanaan perbuatan peserta didik. Pentingya kita
mengetahui evaluasi dari hasil belajar itu sendiri untuk nantinya kita dapat
memperbaiki lagi agar dapat lebih baik lagi kedepannya.
Dari segi fungsi tes di sekolah, tes dibedakan menjadi:
-
Tes Formatif
Tes yang diberikan untuk memonitor
kemajuan belajar selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikankan
dalam tiap satuan unit pembelajaran. Manfaat tes formatif bagi peserta didik
adalah:
·
Untuk mengetahui
apakah peserta didik sudah menguasai materi dalam tiap unit pembelajaran.
·
Merupakan
penguatan bagi peserta didik.
·
Merupakan usaha
perbaikan bagi siswa, karena dengan tes formatif peserta didik mengetahui
kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.
·
Peserta didik
dapat mengetahui bagian dari bahan yang mana yang belum dikuasainya.
-
Tes Summatif
Diberikan
dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau pencapaian peserta didik dalam
bidang tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada tengah atau akhir semester.
-
Tes Penempatan
Tes
yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan yang akan dimasuki peserta didik
atau kelompok mana yang paling baik ditempati atau dimasuki peserta didik dalam
belajar.
-
Tes Diagnostik
Tes
yang digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan yang dihadapi seseorang
baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang mengganggu kegiatan
belajarnya.
4.
Tes Inventory
Tes
inventori adalah tes-tes yang terutama menggunakan paper dan pencil. Tes
inventori merupakan self report questionnare, untuk menentukan karakteristik-karakteristik
kepribadian, minat (interested), sikap (attitude), dan nilai-nilai (value).
Maka dari itu penting untuk mempelajari tes ini, karenanya nanti akan berguna untuk
mengetahui karakteristik kepribadian seperti minat, penyesuaian diri, motivasi,
dan prasangka. Namun perlu di ingat bahwa alat-alat tes yang digunakan umumnya
tidak ada yang sempurna dan masing-masing tes hanya menjelaskan satu atau
beberapa aspek kepribadian. Dalam tes inventori ini ada berbagai macam alat
yang digunakan untuk menentukan karakteristik tersebut, yaitu:
-
Papi Kostick
Tes PAPI Kostik di
buat oleh Guru Besar Psikologi Industri asal Massachusetts, Amerika, Dr.
Max Martin Kostick, pada awal tahun 1960. PAPI Kostick mengukur
dinamika kepribadian (psychodynamics) dengan memperhatikan keterkaitan dunia
sekitarnya(environment) termasuk perilaku dan nilai perusahaan(values) yang
diterapkan dalam suatu perusahaan / situasi kerja dalam bentuk motif (need) dan
standar gaya perilaku menurut persepsi kandidat (role) yang terekam
saat psikotest. Secara singkat, PAPI
Kostick merupakan laporan inventori kepribadian (self report
inventory), terdiri atas 90 pasangan pernyataan pendek berhubungan
dalam situasi kerja, yang menyangkut 20 aspek keribadian yang dikelompokkan
dalam 7 bidang: kepemimpinan (leadership), arah kerja (work
direction), aktivitas kerja (activity), relasi
social (social nature), gaya bekerja (work
style), sifat temperamen (temperament), dan posisi
atasan-bawahan (followership).
PROSEDUR SKORING
1. Menghitung skor peran,
yaitu dengan menjumlahkan anak panah yang dilingkari, baik yang horizontal
maupun vertical sesuai dengan arah tanda panah.
2. Menuliskan jumlah skor pada
masing – masing kotak skor dibawah huruf G, L, I, T, V, S, R, D, C, E yang
telah tersedia pada lembar jawab.
3. Menghitung jumlah skor pada
seluruh kotak skor peran secara horizontal, dan jumlah skor harus 45.
4. Menghitung skor “kebutuhan”
yaitu dengan menjumlahkan anak panah yang dilingkari baik yang horizontal
maupun yang vertical sesuai dengan arah tanda panah.
5. Menjumlahkan jumlah skor
pada masing – masing kotak dibawah huruf N, A, P, X, B, O, Z, K, F, W yang
telah tersedia pada lembar jawaban.
6. Mengitung jumlah skor pada
seluruh kotak skor kebutuhan secara vertical, dan jumlah skor harus 45.
7. Memindahkan setiap skor
pada lembar jawaban ke lembar scoring sesuai dengan setiap huruf pada aspek
“peran” dan “kebutuhan” dengan cara melingkari angka di dalam lingkaran.
8. Membuat garis penghubung
antara angka yang satu dengan angka lainnya sehingga terbentuklah sebuah
diagram pada lembar psikogram yang telah tersedia.
-
NEO PI-R
Sebuah alat ukur yang dikembangkan oleh Costa dan
McCrae dengan cara menggunakan metode kuisioner yang dirancang untuk mengukur
Big Five Traits (Openness, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness,
Neuroticism). Mereka membedakan masing-masing dari kelima dimensi kepribadian
tersebut dengan mengembangkan enam facet yang sifatnya lebih spesifik. Setiap
facet diukur oleh 8 item, maka NEO-PI-R terdiri dari 240 item (5 faktor x 6
facet x 8 item). Kelebihan dari alat ukur NEO-PI-R yaitu sifatnya yang cross
cultural sehingga memudahkan untuk mereplikasi jika terdapat budaya-budaya yang
berbeda-beda.
Tujuan tes ini adalah untuk mengukur kecenderungan
emosi, hubungan interpersonal, keterbukaan terhadap pengalaman baru,
kecenderungan untuk tunduk pada orang lain, dan kemampuan individu dalam
berorganisasi.
-
DISC
Sebuah alat untuk memahami tipe-tipe perilaku dan gaya
kepribadian, pertama kali dikembangkan oleh William Moulton Marston. Dalam
penerapannya di dunia bisnis dan usaha, alat ini telah membuka wawasan dan
pemikiran, baik secara profesional maupun secara personal. Seperti umumnya
alat-alat tes sejenis (termasuk IQ tes), DISC pertama kali digunakan untuk
kepentingan militer dan secara luas digunakan sebagai bagian dalam proses
penerimaan tentara AS pada tahun-tahun menjelang Perang Dunia II. Setelah
keandalannya terbukti, kemudian DISC secara bertahap dipakai untuk kepentingan
rekrutmen yang lebih umum.
Sistem
DISC
DISC personality system merupakan bahasa universal mengenai perilaku. Penelitian mengelompokkan karakteristik perilaku dalam empat bagian utama yang disebut sebagai gaya kepribadian. Orang dengan gaya yang serupa cenderung menampilkan ciri perilaku yang mirip. Setiap individu memiliki keempat gaya ini, akan tetapi bervariasi menurut intensitasnya. DISC merupakan akronim 4 tipe kepribadian yang berarti:
DISC personality system merupakan bahasa universal mengenai perilaku. Penelitian mengelompokkan karakteristik perilaku dalam empat bagian utama yang disebut sebagai gaya kepribadian. Orang dengan gaya yang serupa cenderung menampilkan ciri perilaku yang mirip. Setiap individu memiliki keempat gaya ini, akan tetapi bervariasi menurut intensitasnya. DISC merupakan akronim 4 tipe kepribadian yang berarti:
·
Dominant (D)
Orang yang Dominant tinggi akan bersifat asertif
(tegas) dan langsung. Biasanya mereka sangat independen dan ambisius. Dalam
pemecahan masalahnya, tipe dominan ini melakukan pendekatan yang aktif dan
cepat menyelesaikan masalah.
·
Influencing (I)
Tipe Influencing ini senang berteman. Mereka suka
menghibur orang lain dan bersifat sosial. Dalam penyelesaian masalah atau
mengerjakan sesuatu, mereka banyak mengandalkan keterampilan sosial. Orang yang
bersifat interpersonal ini senang berpartisipasi dalam kelompok dan suka
bekerja sama.
·
Steadiness (S)
Orang
yang bertipe Steadiness ini adalah orang yang berkeras hati, gigih, dan sabar.
Mereka mendekati dan menjalani kehidupan dengan memanfaatkan standar yang
terukur dan stabil. Pada umumnya, mereka tidak begitu suka kejutan. Pribadi
steadiness ini tidak banyak menuntut dan bersifat akomodatif. Mereka sangat
ramah dan memperlihatkan kesetiaannya kepada mereka yang ada disekitarnya.
Mereka sangat menghargai ketulusan.
·
Conscientiousness (C)
Teliti,
begitu sebutan untuk tipe orang ini. Tipe teliti ini sangat tertarik pada
presisi (ketelitian dan kecermatan) dan juga dengan akurasi (kecepatan). Mereka
menyukai segalanya serba teratur dan jelas. Dan mereka sangat fokus terhadap
fakta, menginginkan adanya bukti. Orang tipe Conscientiousness ini sangat
menghargai peraturan, mereka tidak suka melanggar peraturan.
Manfaat DISC
·
Memberikan
pemahaman tentang diri seseorang terkait dengan kelebihan dan kekurangan
dirinya (secara garis besar untuk memahami tipe kepribadian).
·
Perencanaan masa
depan yang lebih baik.
·
Penempatan yang
sesuai dengan keunikan seseorang.
-
MBTI
Tes
yang bertujuan untuk mengetahui tipe-tipe kepribadian seseorang dalam
lingkungannya. Tes ini dikembangkan oleh Katherine Cook Brigss dan putrinya,
Isabel Brigss Myers. Mereka mengembangkan tes ini sejak perang dunia II
(1939-1945). Tes ini secara khusus bertujuan untuk mengklasifikasikan
orang-orang menurut tipe-tipe kepribadian yang spesifik yang kini menjadi
rujukan bagi berbagai organisasi dalam melakukan tes bagi pesertanya. Kuesioner
ini didasarkan pada empat skala, yang menghasilkan enam belas kemungkinan
kombinasi atau tipe-tipe kepribadian yang luas.
MBTI
bersandar pada empat dimensi utama yang saling berlawanan (dikotomis). Berikut
empat skala kecenderungan MBTI:
·
Extrovert (E) vs.
Introvert (I). Dimensi EI melihat
orientasi energi kita ke dalam atau ke luar. Ekstrovert artinya tipe pribadi
yang suka dunia luar. Mereka suka bergaul, menyenangi interaksi sosial,
beraktifitas dengan orang lain, serta berfokus pada dunia luar dan action
oriented. Mereka bagus dalam hal berurusan dengan orang dan hal operasional.
Sebaliknya, tipe introvert adalah mereka yang suka dunia dalam (diri sendiri).
Mereka senang menyendiri, merenung, membaca, menulis dan tidak begitu suka
bergaul dengan banyak orang. Mereka mampu bekerja sendiri, penuh
konsentrasi dan focus.
·
Sensing (S) vs.
Intuition (N). Dimensi SN
melihat bagaimana individu memproses data. Sensing memproses data dengan cara
bersandar pada fakta yang konkrit, praktis, realistis dan melihat data apa
adanya. Mereka menggunakan pedoman pengalaman dan data konkrit serta memilih
cara-cara yang sudah terbukti. Mereka fokus pada masa kini (apa yang bisa
diperbaiki sekarang). Mereka bagus dalam perencanaan teknis dan detail
aplikatif. Sementara tipe intuition memproses data dengan melihat pola dan
hubungan, pemikir abstrak, konseptual serta melihat berbagai kemungkinan yang
bisa terjadi. Mereka berpedoman imajinasi, memilih cara unik, dan berfokus pada
masa depan (apa yang mungkin dicapai di masa mendatang). Mereka inovatif, penuh
inspirasi dan ide unik. Mereka bagus dalam penyusunan konsep, ide, dan visi
jangka panjang.
·
Thinking (T) vs.
Feeling (F). Dimensi ketiga
melihat bagaimana orang mengambil keputusan. Thinking adalah mereka yang selalu
menggunakan logika dan kekuatan analisa untuk mengambil keputusan. Mereka
cenderung berorientasi pada tugas dan objektif. Terkesan kaku dan keras kepala.
Mereka menerapkan prinsip dengan konsisten. Bagus dalam melakukan analisa dan
menjaga prosedur/standar. Sementara feeling adalah mereka yang melibatkan
perasaan, empati serta nilai-nilai yang diyakini ketika hendak mengambil
keputusan. Mereka berorientasi pada hubungan dan subjektif. Mereka akomodatif
tapi sering terkesan memihak. Mereka empatik dan menginginkan harmoni. Bagus
dalam menjaga keharmonisan dan memelihara hubungan.
·
Judging (J) vs.
Perceiving (P). Dimensi terakhir
melihat derajat fleksibilitas seseorang. Judging di sini bukan berarti
judgemental (menghakimi). Judging diartikan sebagai tipe orang yang selalu
bertumpu pada rencana yang sistematis, serta senantiasa berpikir dan bertindak
teratur (tidak melompat-lompat). Mereka tidak suka hal-hal mendadak dan di luar
perencanaan. Mereka ingin merencanakan pekerjaan dan mengikuti rencana
itu. Mereka bagus dalam penjadwalan, penetapan struktur, dan perencanaan
step by step. Sementara tipe perceiving adalah mereka yang bersikap fleksibel,
spontan, adaptif, dan bertindak secara acak untuk melihat beragam peluang yang
muncul. Perubahan mendadak tidak masalah dan ketidakpastian membuat mereka
bergairah. Bagus dalam menghadapi perubahan dan situasi mendadak.
-
EPPS
Tes
EPPS (Edward Personality Preference Schedule) merupakan tes kepribadian yang
mengukur tingkat kepribadian seseorang. Tes ini dikembangkan menurut teori
kepribadian H. A Murray, yang mencakup 15 kebutuhan yang harus dimiliki
manusia.
EPPS
umumnya dikategorikan sebagai power tes yaitu tes yang tidak dibatasi waktu
dalam pengerjaannya. Jadi, penekanannya pada penyelesaian tugas bukan waktunya.
Dalam mengerjakan tes EPPS semua item harus dijawab, apabila ada satu item saja
yang terlewatkan maka interpretasi secara akurat tidak dapat dilakukan. Tes
EPPS dapat diberikan secara individual maupun klasikal. Latar belakang awalnya
adalah untuk konseling dan orientasinya adalah untuk orang-orang yang normal
(Karmiyati & Suryaningrum, 2005).
Tes EPPS bertujuan untuk mengungkap 15 need yang ada pada diri seseorang.
Bentuk tes EPPS berupa pasangan-pasangan pernyataan berjumlah 225 pasang. Tugas
subyek adalah memilih satu pernyataan dari pasangan-pasangan pernyataan yang
disajikan yang cocok atau sesuai dengan dirinya. Dari 225 pasang pernyataan ada
15 pasang yang sama. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesungguhan atau
konsistensi subyek dalam mengerjakan tes. Apabila konsisten dapat dikatakan
bahwa subyek bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tes dan menjadi valid untuk
diskor. Standar konsistensi pengerjaan EPPS adalah 14, namun di Indonesia
konsistensi 9 sudah dapat dikatakan valid untuk diskor (Karmiyati &
Suryaningrum, 2005).
5.
Tes Grafis
Tes
grafis merupakan salah satu bentuk dari tes proyeksi dalam bentuktes proyeksi
dari hasil grafis atau coretan tangan seseorang yang mempunyaicirri-ciri
ekspresi yang kuat dan simbolik dari proyeksi isi psikis individu. Karya grafis
dapat diartikan sebagai segala macam bentuk coretan, tulisantangan, gambar dan
lukisan yang digarap dan dihasilkan manusia atas dasar intensionalitas maupun
akibat pengaruh tak sadar terhadap dirinya.
Tes
grafis disebut juga sebagai paper and pencil test karena hanya melibatkan 2
bahan tersebut dan dianggap sebagai tes yang sederhana dan murah. Sederhana
karena tugas yang diberikan tidak rumit, mudah dimengerti subyek dan waktu
pengerjaan tidak lama. Murah karena hanya melibatkan beberapa lembar kerja HVS
70gr ukuran A4 dan sebatang pinsil HB. Dalam hal ini ada beberapa alat yang
digunakan untuk mengukur tes ini, yaitu:
-
Wartegg Test
Dikembangkan
sekitar tahun 1930 oleh Dr. Ehrig Wartegg dalam karyanya Gestaltung und
Character sebagai suatu outline untuk tipologi tes DCT ini. Tes ini terdiri
dari 8 karakter item data berupa bentuk/gambar yang ambigu di tiap 8 kotaknya.
Tujuan
tes ini untuk mengeksplorasi struktur kepribadian dari fungsi dasarnya (emosi,
imajinasi, dinamisme, kontrol, dan fungsi realita, sejauhmana masalah-masalah
yang ada “meluas” dalam diri individu dan melihat abnormalitas manusia.
Makna
dari masing-masing gambar adalah: gambar 1. berupa titik ditengah kotak: ini
menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan penyesuaian diri yaitu bagaimana
seseorang menempatkan diri dlm lingkungan, gambar 2. berupa ~ tp berada di
kotak sebelah kiri: menunjukkan fleksibilitas perasaan, gambar 3. berupa 3
garis horisontal dr pendek, sedang tinggi sejajar: mengukur hasrat untuk
maju/ambisi, gambar 4. berupa kotak kecil di sebelah kanan: mengukur bagaimana
seseorang mengatasi kesulitan, gambar 5. seperti huruf T tp miring: mengukur
bagaimana cara bertindak, gambar 6. berupa garis horisontal & vertikal:
mengukur cara berpikir/analisa & sintesa, gambar 7. berupa titik 2: menyangkut
kehidupan dan perasaan (apakah sudah stabil, kekanakan), gambar 8. berupa
lengkungan: mengenai kehidupan sosial/ hubungan social.
Dengan menggunakan
tes ini maka tester lebih mudah mengevaluasi dan mengeksplorasikan berbagai
kepribadian manusia berdasarkan gambar terutama gradien garisnya.
INTERPRETASI
TES WARTEGG
o Emotion: Seclusive
Indikasi:
Cenderung introvert, berorientasi pada diri sendiri, cenderung memandang
berbagai hal dari perspektif pribadi, sangat peka dan mudah mengalami suasana
hati depresif, cenderung menarik diri dan lari ke dunia imajinatif yang penuh
spekulasi ataupun spiritualitas, sangat berorientasi pada pengalaman pribadi
dan cenderung senang berpikir, melakukan refleksi atau perenungan dan memiliki
karakteristik yang lebh khas atau unik karena lebih banyak diam.
o Imagination: Combinative
Indikasi:
Cenderung berpikir praktis, realistis, segala sesuatunya harus berdasarkan
fakta, emosi kuat, objektif dan memiliki nilai estetis meskipun terkesan konvensional.
o Intellect: Speculative
Indikasi:
Lebih senang bekerja dengan prinsip-prinsip umum, cenderung berpikir secara
makro, senang memikirkan hal-hal yang berbau teoritis secara luas, bahkan bisa
memformulasikan suatu teori atau konklusi baru dengan melihat perspektif luas,
jika taraf kecerdasannya di atas rata-rata ia menjadi pribadi yang
sophisticated (elegan dan smart), jika taraf kecerdasannya rata-rata
performancenya samar-samar antara rasiona namun tidak praktis dalam merealisasikannya
dan agak jauh dari realitas.
o Activity (Will): Dynamic
Indikasi:
Tidak bisa diam, suka beraktivitas, cenderung impulsiv, pribadi nyang mudah
masuk ke usaha atau bidang baru, sangat bersemangat dan sensitif, peka terhadap
informasi, energinya besar untuk dapat mengerjakan banyak tugas pada saat yang
sama, jika energinya terarahg bisa menjadi produktif, namun jika tidak terarah
bisa menjadi sia-sia.
-
DAM
Tes
Menggambar Orang dilaksanakan secara individual. Biasanya digunakan untuk
keperluan seleksi, adakalanya tes ini dilaksanakan secara klasikal. Untuk
keperluan pemeriksaan klinis, tes ini dilakukan “work limit” (tanpa batas waktu
pengerjaan) dan jika testee menghendaki, ia diperkenankan menggunakan
penghapus. Sebaliknya, untukkeperluan pemeriksaan non klinis, adakalanya tes
ini dilakukan “time limit” (dibatasi waktu pengerjaannya) yaitu 10 menit dan
testee tidak diperkenankan menggunakan penghapus.
Dalam
tes ini yang paling paling diukur adalah kemampuan grafis dan kemampuan
seseorang dalam membedakan karakteristik seseorang dalam berbagai gesture yang
di representasikan dalam bentuk gambar.
-
BAUM
Tes
menggambar pohon (The Tree Test/Baum Test) bisa dilaksanakan secara individual
maupun klasikal. Untuk keperluan pemeriksaan klinis, tes ini dilakukan “work
limit” (tanpa batas waktu pengerjaan) dan jika testee menghendaki, ia
diperkenankan menggunakan penghapus. Sebaliknya, untuk keperluan pemeriksaan
non klinis, adakalanya tes ini dilakukan “time limit” (dibatasi waktu
pengerjaannya) yaitu 10 menit dan testee tidak diperkenankan menggunakan penghapus.
Tes
ini terdiri atas tugas untuk menggambar pohon dengan kriteria: berkambium
(dicotyl), bercabang dan berbuah. Sehingga tidak diperbolehkan kepada anda menggambar
pohon jenis bambu, pisang, semak belukar ataupun jenis
tanaman monocotyl
lainnya.
-
HTP
Pencipta:
John N. Buck. Dikembangkan oleh tahun 1947, direvisi tahun 1948, 1949 dan
(revisi Buck & Warren) 1992. Pada prinsipnya dikembangkan dari Goodenough
Scale yang berfungsi untuk mengukur fungsi/ kematangan intelektual Buck
meyakini bahwa gambar rumah dan pohon juga dapat memberikan informasi yang
relevan mengenai kepribadian individu. Buck meyakini juga bahwa goresan gambar
seseorang (dalam hal ini gambar rumah, pohon dan orang) dapat mewakili karakter
pribadinya. HTP merupakan salah satu tes grafis yang berguna untuk melengkapi
tes grafis yang lain.
Tes
HTP (House tree Person) umumnya memiliki tujuan untuk mengukur keseluruhan
pribadi. Waktu yang dipergunakan dalam tes Psikologi HTP normalnya selama 10
menit. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah HTP digunakan oleh para ahli
jiwa untuk mendapatkan data yang cukup signifikan yang mempunyai sifat diagnosa
atau prognosa mengenai keseluruhan pribadi individu yang bersangkutan, juga
dapat mengetahui bagaimana interaksi pribadi dengan lingkungan baik yang umum
ataupun spesifik.
-
Grafologi
Grafologi
berasal dari kata graphos yang berarti coretan atau tulisan dan logos yang
berarti ilmu. Jadi grafologi adalah ilmu yang mampu menginterpretasikan
karakter seseorang melalui tulisannya. Grafologi ini sudah ada sejak zaman
kuno.
Tujuan dari tes ini yaitu
untuk mengetahui untuk mengungkapkan karakter dan kepribadian seseorang melalui
tulisannya. Dengan grafologi kita dapat mengetahui motivasi diri, kestabilan
emosi, keadaan mental, minat dan bakat, kecenderungan intelektual bahkan
kekuatan dan kelemahan diri.
Grafolog
tidak berkepentingan untuk membaca isi tulisan, yang perlu di perhatikan adalah
menganalisa fisik tulisan itu sendiri. Dalam menganalisis tulisan tangan para
grafolog harus memperhatikan 3 konsep yang penting yaitu:
o Ruang
Tempat seseorang dalam
mencoretkan tulisannya. Agar mudah di mengerti, ruang adalah jika kita menulis
di kertas A4 yang kosong, maka tempat kosong yang kita tulis ini adalah
ruangnya
o Gerak
Arah
tulisan (kekakanan / kekiri, keatas / menurun)
o Bentuk
Bentuk-bentuk
dari tulisan tiap huruf ataupun kata (bentuk, huruf a,i, dsb)
Bentuk
tulisan yang dapat dianalisis dalam grafologi adalah penggunaan huruf, marjin,
spasi, tanda baca, bentuk tulisan, dan posisi tulisan (miring atau tegak),
termasuk di dalamnya tanda tangan. Gaya tulisan tangan tidak sama untuk setiap
orang sekalipun orang tersebut terlahir kembar.
-
Dragon Test
Tes
yang dikembangkan oleh J.D Lammerts Van Beuren-Smith, tes ini dieruntukkan
untuk anak-anak. Dalam pengerjaan tes ini anak diminta untuk membuat gambar
yang didalamnya terdapat 5 objek, yaitu:
-
Matahari :
ayah
-
Rumah : ibu
-
Pohon : anak
-
Naga : kemarahan, oposisi, energi
libido, kekuatan, kehendak, dinamika anak
-
Kolam : emosi, perasaan, sensitivitas
*untuk naga bisa diganti dengan binatang buas lainnya.
Gambar
dibuat dengan menggunakan 5 warna primer, yaitu merah, hijau, kuning, biru,
hitam. Untuk waktu pengerjaan tes ini tidak dibatasi oleh waktu.
6.
Tes Proyektif Lain
Test
Proyeksi muncul karena adanya protes terhadap teori atau aliran lama yang
kebanyakan bersifat structuralism, behaviorism, yang kebanyakan memandang
individu bukan suatu whole tetapi sebagai suatu kumpulan dari berbagai aspek.
Aspek
psikologis manusia yang tidak disadari sulit diungkap dalam kondisi wajar
(sukar diungkap melalui self report, inventory). Jadi dalam pendekatan
proyektif diperlukan instrument khusus yang dapat mengungkap aspek-aspek
ketidaksadaran manusia --- teknik proyektif ini kemungkinan subjek mau
merespon, walaupun teknik proyektif mempunyai arti interpretatif Teknik ini
pendekatannya menyeluruh (global approach). Dalam tes proyektif ini ada
beberapa tools yang digunakan, seperti:
-
TAT
Thematic
Apperception Test atau yang disingkat menjadi (TAT) adalah sebuah alat bantu
untuk mengukur aspek kepribadian individu. Dengan berbagai macam perhitungan,
kita bisa mengetahui alat ukur yang digunakan untuk menghitung, bahkan mampu
menarik sebuah kesimpulan, dalam menentukan kepribadian dan kognitif seseorang
secara umum.
TAT didasarkan
pada teori kebutuhan Murray yang melihat bahwa perilaku manusia didorong oleh
motivasi internal dan eksternal, sedangkan lingkungan dipandang sebagai press
(tekanan) yang mempengaruhi dorongan tersebut. Keduanya akan membentuk suatu
interaksi antara kebutuhan dan lingkungan yang disebut sebagai tema. Kesatuan
tema merupakan kesatuan interaksi itu yang terbentuk sejak jaman kanak-kanak
tanpa disadari, dan ini merupakan kunci dari suatu perilaku unik (khas)
seseorang.
Manfaat TAT
1. TAT berguna dalam mempelajari secara keseluruhan
kepribadian seseorang, sehingga dapat menginterpretasi tingkah laku abnormal,
penyakit psikosomatis, neurose.
2. Manfaat khusus TAT. Sebagai pendahuluan
interview therapi dan merupakan langkah pertama dalam psikoanalis
-
Rosarch
Metode proyektif yang paling dikenal dan
digunakan secara luas dalam melihat kepribadian seseorang adalah tes Rorschach.
Dalam tes ini, klien diperlihatkan sepuluh kartu dengan bentuk ambigu hasil
dari cipratan tinta yang hampir simetris. Lima kartu berwarna hitam, putih dan
abu-abu yang berbayang, sedangkan lima kartu lainnya memiliki warna. Kebanyakan
ahli setuju bahwa tes Rorschach ini merupakan teknik psikodiagnostik yang
signifikan dan sensitif. Tes ini mengevaluasi emosi-emosi yang dialami klien
dalam hidupnya, tingkat intelektual dan membantu menjelaskan komponen-komponen
kepribadian seseorang.
Ada tiga kategori penting dalam memberikan
skor pada tes ini, yaitu lokasi yang menunjukkan pada bagian mana respon dilihat
oleh klien dalam kartu, determinan yang menunjukkan bagaimana respon tersebut
dilihat, dan konten yang menunjukkan apa yang dilihat klien dalam kartu.
7.
Tes Minat dan
Bakat
Tes Bakat
Tes Bakat fokus pada mengukur
kemampuan yang lebih spesifik namun juga memberikan informasi kemampuan lainnya
yang bersifat beragam (multiple) kemampuan. Tes bakat mengukur suatu sampel
tingkah laku yang secara diagnosis dapat memprediksi perilaku lainnya dimasa
yang akan datang. Sehingga fungsi tes bakat dapat digunakan untuk meramalkan
performance seseorang dikemudian hari. Hal ini didapatkan dari hasil pengalaman
dan proses belajar individu yang diukur dalam tes.
Dalam pengukuran tes bakat pastinya ada suatu tujuan, seperti:
-
Tujuan Diagnosis
Tujuan ini untuk memberikan informasi mengenai sejauh mana minat dan bakat seseorang pada suatu bidang. Diagnosis dalam pengukuran psikologis tentunya akan memiliki unsur prediktif. Hal ini memiliki arti bahwa dengan mengetahui bakat yang dimiliki seseorang, maka dapat keberhasilan seseorang dalam bidang yang dipilih akan dapat diprediksi tingkat keberhasilannya. Agar dapat lebih komprehensif, maka dukungan tes lainnya untuk mendapatkan informasi pendukung akan lebih mampu melengkapi.
Tujuan ini untuk memberikan informasi mengenai sejauh mana minat dan bakat seseorang pada suatu bidang. Diagnosis dalam pengukuran psikologis tentunya akan memiliki unsur prediktif. Hal ini memiliki arti bahwa dengan mengetahui bakat yang dimiliki seseorang, maka dapat keberhasilan seseorang dalam bidang yang dipilih akan dapat diprediksi tingkat keberhasilannya. Agar dapat lebih komprehensif, maka dukungan tes lainnya untuk mendapatkan informasi pendukung akan lebih mampu melengkapi.
-
Prediksi
Untuk memprediksi kesuksesan atau kegagalan seseorang dalam bidang yang menjadi pilihannya untuk berkarir atau lainnya.
Untuk memprediksi kesuksesan atau kegagalan seseorang dalam bidang yang menjadi pilihannya untuk berkarir atau lainnya.
Tes Minat
Whiterington (1988) mendefinisikan minat sebagai suatu
kesediaan individu terhadap suatu obyek, individu, hal, atau situasi yang
berhubungan dengan dirinya.
Pentingnya kita
mengukur minat dan bakat seseorang untuk mempermudah kita mengarahkan dalam
pemilohan berbagai macam bidang yang nantinya akan ia geluti. Untuk itu ada
beberapa tools yang dapat kita gunakan untuk mengukur minat dan bekat
seseorang, diantaranya:
o
Holland Test
Menurut Holland orang dapat
digolongkan ke dalam salah satu jenis kepribadian dari 6 jenis. Lingkungan di
mana orang-orang itu hidup dapat dikategorikan dalam 6 jenis juga. Pasangan
atau kekesuaian jenis kepribadian dan model lingkungan membantu untuk memahami
jenis kepribadian dan model lingkungan seseorang. Maka perilaku seseorang dapat
diketahui melalui interaksi pola kepribadian dan lingkungannya. Adapun model
orientasi yang dijabarkan oleh John L. Holland (Manrihu, 1992) adalah sebagai
berikut:
§ Tipe Realistic: yang menyebabkan individu lebih memilih bidang
kegiatan memanipulasi obyek dengan cara teratur dan sistematis, seperti
misalnya penggunaan mesin atau peralatan dengan kerjatangan. Tingkah laku ini
biasanya membawa seseorang memiliki kompetensi di bidang mekanik, pertanian,
elektrik, dan teknik, tetapi sebaliknya menguragi kompetensi di bidang sosial
dan pendidikan.
§ Tipe Investigative: individu lebih memilih kegiatan penyelidikan
yang observasional, simbolis, sistematis dan kreatif atas fenomena fisik,
biologis dan kultural agar dapat memahami dan mengontrol fenomena tersebut, dan
tidak menyukai aktivitas-aktivitas persuasif, sosial, dan repetitif.
Contoh-contoh dari yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan tipe-tipe investigatif
adalah ahli kimia dan ahli fisika.
§ Tipe Artistic: lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang ambiguous,
bebas, dan tidak tersistematisasi untuk menciptakan produk-produk artistic,
seperti lukisan, drama, karangan. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas yang
sistematik, teratur, dan rutin. Kompetensi-kompetensi dalam upaya-upaya
artistic dikembangkan dan keterampilan-keterampilan yang rutin, sistematik,
klerikal diabaikan. Memandang diri sebagai ekspresif, murni, independen, dan
memiliki kemampuan-kemampuan artistic. Beberapa ciri khususnya adalah
emosional, imaginatif, impulsif, dan murni. Bidang-bidang artistic biasanya
adalah lukisan, karangan, akting, dan seni pahat.
§ Tipe Social: lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang melibatkan
orang-orang lain dengan penekanan pada membantu, mengajar, atau menyediakan
bantuan. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas rutin dan sistematik yang
melibatkan obyek-obyek dan materi-materi. Kompetensi-kompetensi sosial
cenderung dikembangkan, dan hal-hal yang bersifat manual & teknik
diabaikan. Bidang-bidang sosial mencakup pekerjaan-pekerjaan seperti mengajar,
konseling, dan pekerjaan kesejahteraan sosial.
§ Tipe Enterprising: lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang
melibatkan manipulasi terhadap orang-orang lain untuk perolehan ekonomik atau
tujuan-tujuan organisasi. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas yang sistematik,
abstrak, dan ilmiah. Kompetensi-kompetensi kepemimpinan, persuasif dan yang
bersifat supervisi dikembangkan, dan yang ilmiah diabaikan. Memandang diri
sebagai agresif, populer, percaya diri, dan memiliki kemampuan memimpin. Keberhasilan
politik dan ekonomik dinilai tinggi. Ciri-ciri khasnya adalah ambisi, dominasi,
optimisme, dan sosiabilitas.
§ Tipe Convensional: lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang
memerlukan manipulasi data yang eksplisit, teratur, dan sistematik guna memberikan
kontribusi kepada tujuan-tujuan organisasi. Tidak menyukai aktivitas- 11
aktivitas yang tidak pasti, bebas dan tidak sistematik. Kompetensikompetensi
dikembangkan dalam bidang-bidang klerikal, komputasional, dan sistem usaha. Beberapa
ciri khasnya adalah efisiensi, keteraturan, praktikalitas, dan kontrol diri.
Bidang-bidang yang sesuai adalah bankir, penaksir harga, ahli pajak, dan
pemegang buku.\
o
RMIB
Menurut sejarahnya, tes tersebut disusun oleh Rothwell pertama
kali pada tahun 1947. Saat itu tes ini hanya memiliki 9 jenis katagori dari
jenis-jenis pekerjaan yang ada. Kemudian pada tahun 1958, tes diperluas dari 9
katagori menjadi 12 katagori oleh Kenneth Miller. Sejak saat itu, tes minat
tersebut menjadi Test Interest Rothwell-Miller atau yang lebih dikenal dengan
Tes RMIB (Rothwell Miller Interest Blank).
Tes ini sebenarnya bertujuan mengenal pasti minat individu
terhadap 12 kategori pekerjaan yaitu kategori Outdoor, Mechanical,
Computational, Scientific, Personal Contact, Aesthetic, Literary, Musical,
Social service, Clerical, Practical, Medical. Jumlah skor
yang terkecil menunjukkan
bidang minat yang utama
yang menjadi pilihan individu yang mengambil ujian ini, manakala jumlah
skor yang terbesar menunjukkan bidang minat tersebut paling tidak penting
kepadanya (Sidek, 1998).
Alat tes ini
banyak digunakan untuk
dunia pendidikan misalnya penjurusan di
SMA dan Perguruan
Tinggi, serta dapat digunakan
untuk dunia kerja dalam
penentuan posisi jabatan seseorang (placement).
PENGGUNAAN
HASIL INTERPRETASI
§ Dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam
mengarahkan atau memberikan
interview kepada individu. Serta dapat pula dipergunakan sebagai bahan diskusi
kelompok untuk mempertimbangkan suatu apresiasi terhadap kebutuhan akan adanya
pekerjaan yang memuaskan.
§ Untuk membantu individu menentukan interest utamanya yang kemudian
akan diikuti dengan studi yang mendalam tentang pekerjaan yang terdapat di
dalam lingkungan interestnya.
Demikian kali ini blog
yang saya buat, semoga bisa bermanfaat untuk kita semua. See u next blog!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar