Senin, 02 Mei 2016

Rangkuman Psikodiagnostik beserta alat-alat tesnya

Pada Blog kali ini saya ingin me-review dari Blog yang sudah pernah saya buat, disimak baik-baik yaa!

Psikodiagnostik yaitu studi ilmiah tentag berbagai metode untuk membuat diagnostik psikologis agar dapat meperlakukan manusia dengan tepat. Selain itu dapat juga dikatakan sebagai alat bantuk untuk memahami tingkah laku manusia, serta membedakan tingkah laku manusia normal dan abnormal.

Awalnya pada tahun 1921, Herman Rorschach pertama kali memperkenalkan metode psikodiagnostik dalam buku terbitannya, dan hingga sekarang semakin berkembang.

Ada berbagai macam fungsi atau kegunaan pada Psikodiagnostik di berbagai macam bidang, diantaranya:
-          Clinical Setting à dilakukan pada rumah sakit atau pusat kesehatan mental, yang berguna untuk mendeteksi gangguan psikis pada pada diri seseorang.
-          Legal Setting à biasa dilakukan diperadilan atau tempat rehabilitas lainnya, yang berguna untuk membantu proses peradilan supaya permasalahan psikologis yang dialami seseorang dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.
-          Educational and Vocational Selection à biasa dilakukan untuk pemilihan jurusan di SMA atau di perguruan tinggi, pemilihan pekerjaan dan rekruitmen.
-          Reasecrh Setting à dilakukan di perguruan tinggi untuk pengembangan alat-alat penelitian.
Untuk mendiagnostik dari perilaku atau tingkah laku yang ingin kita ketahui dapat melalui 2 pengukuran, diantaranya:

-          Method
Cara untuk mengukurnya. Terdapat beberapa macam metode yang dapat kita gunakan yaitu:
o   Observasi
Metode yang dilakukan secara sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap subjek yang diteliti. Tujuannya untuk memperoleh data mengenai subjek, yang tidak diperoleh dari metode lain. Selain itu, observer akan lebih berfokus pada penemuan dalam proses observasi, dibandingkan dengan pembuktian teori.

o   Wawancara atau Interview
Merupakan percakapan antara dua orang atau lebih yang berlangsung antara interviewee dan interviewer. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi dimana interviewer mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh interviewee.

o   Tes Psikologi
Metode tes psikologi dapat membantu memperoleh gambaran diri subjek. Kelebihan dari tes psikologi adalah bentuknya yang standar sehingga mengurangi bias yang mungkin muncul selama proses pemeriksaan berlangsung. Respon yang diberikan diubah dalam bentuk skor dan dapat dibuat analisis kuantitatif. Skor yang didapat kemudian diinterpretasikan sesuai dengan norma yang ada.

o   Analisa Dokumen atau Riwayat Hidup
Dokumen yang dapat dianalisa berupa ijazah sekolah, arsip pekerjaan, catatan medis, buku harian, tabungan, surat, dsb. Data dalam bentuk dokumen ini memiliki kelebihan karena dapat terhindar dari distorsi memori, jenis respon, motivasi atau faktor situasional.

-          Tools
Alat untuk mengukurnya secara utuh. Dalam hal ini dimaksudkan alat tes yang digunakan terkait berbagai macam faktor seperti intelegensi, kemampuan kerja, inventory, grafis, proyektif, serta minat dan bakat.  
Nah berikut ini saya akan membahas berbagai macam alat tes dari mulai cara mengukurnya dari berbagai faktor, hingga tujuan dari tes itu sendiri..
1.      Tes Intelegensi
Pada tahun 1905 di Paris, tes inteligensi anak yang pertama dari Alfred Binet dan Theodore Simon di susun berdasarkan kebutuhan guna membedakan anak-anak sekolah ke dalam golongan anak-anak norma dan anak-anak terbelakang materi. Woodworth berpendapat bahwa inteligensi mencakup kemampuan untuk melihat suatu masalah dengan jelas dan lengkap, untuk menggunakan pengalaman lampau guna memecahkan masalah tersebut, dan tindakan untuk tidak segera menerima suatu pemecahan tanpa memeriksa kembali untuk menyakinkan apakah masalah tersebut benar-benar terpecahkan.
Pentingnya kita untuk mengukur tingkat intelegensi seseorang bisa dilihat dari berbagai faktor, missal dari faktor seleksi, jika kita sudah mengetahui tingkat intelegensi dari seseorang kita dapat memberikan keputusan yang terbaik sesuai kebutuhan diantara pelamar dengan mencari suatu patokan nilai yang akan menentukan apakah dapat diterima atau tidak dapat diterima. Selain itu dengan mengetahui tingkat intelegensi kita dapat mengetahui anak-anak yang normal dan anak-anak yang keterbelakangan mental. Dalam tes ini ada beberapa alat ukur yang biasanya digunakan seperti:
-          IST
Tes ini terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan secara struktur, dimana dari struktur tersebut menggambarkan pola kerja tertentu. Tes ini cocok untuk digunakan dalam memahami diri dan pengembangan pribadi, merencanakan pendidikan dan karir serta membantu dalam pengambilan keputusan hidup seseorang.
Terdiri dari 9 subtes yang keseluruhannya berjumlah 176 item. Masing-masing subtes memiliki batas waktu yang berbeda-beda dan diadministrasikan dengan menggunakan manual (Polhaupessy, dalam Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009).
Setelah didapatkan Standardized Score, maka tahap interpretasi dapat dilakukan. Kesembilan subtes saling berkaitan, sehingga harus dilakukan semuanya dan interpretasinya harus dilakukan secara keseluruhan (Amthauer dalam Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009).
Interpretasi yang dapat dilakukan dari tes IST adalah sebagai berikut:
1.         Taraf kecerdasan. Taraf kecerdasan didapat dari total SW. Nilai ini dapat diterjemahkan menjadi Intelligent Quotient (IQ). Nilai ini dapat menggambarkan perkembangan individu melalui pendidikan dan pekerjaan. Nilai ini perlu dihubungkan dengan latar belakang sosial serta dibandingkan dengan kelompok seusianya.
2.         Dimensi Festigung-Flexibilität. Dimensi Festigung-Flexibilität menggambarkan corak berpikir yang dimiliki oleh subjek. Dimensi Festigung-Flexibilität merupakan dua kutub yang ekstrim, Keduanya menggambarkan corak berpikir yang ekstrim pula. Kutub Festigung memiliki arti corak berpikir yang eksak, sedangkan kutub Flexibilität memiliki arti corak berpikir yang non-eksak. Corak berpikir ini merupakan hasil perkembangan (pengalaman) individu yang akan semakin mantap ke salah satu kutub seiring bertambahnya usia. Cara menentukan seseorang subjek apakah memiliki kecenderungan Festigung atau Flexibilitat adalah dengan membandingkan nilai GE+RA dengan nilai AN+ZR. Jika nila GE+RA lebih besar maka subjek memiliki kecenderungan Festigung, sebaliknya jika nilai AN+ZR lebih besar maka subjek memiliki kecenderungan Flexibilitat.
3.         Profil M-W. Profil M-W menggambarkan cara berpikir, apakah verbal-teoritis atau praktis-konkrit. Untuk mendapatkan profil dalam bentuk huruf M atau W ini dapat dilihat dari 4 subtes pertama (SE, WA, AN, GE) yang tampak pada grafik. Jika grafik menunjukkan bentuk huruf M pada 4 subtes pertama maka profilnya adalah M (verbal-teoritis), jika yang tampak adalah bentuk huruf W maka profilnya adalah W (praktis-konkrit).
-          CFIT
Tes yang dikembangkan oleh R.B. Cattel pada tahun 1920, pernah melakukan beberapa kali revisi untuk meningkatkan validitas. Pada tahun 1949, skala yang digunakan tes ini mengalami perubahan. Sejak itu skala tes yang ada dipakai hingga sekarang.
CFIT mengukur inteligensi individu dalam suatu cara yang direncanakan untuk
mengurangi pengaruh kecakapan verbal, iklim kebudayaan dan tingkat pendidikan (Cattell dalam Kumara, 1989). Alasannya yaitu perbedaan kebudayaan dapat mempengaruhi performance test (hasil), sehingga dikembangkan tes yang adil budaya (culture fair) antara lain CFIT.
Aspek yang Diukur CFIT
-     Subtes 1
Sistematika berpikir, yaitu kemampuan berpikir runtut untuk memahami rangkaian suatu permasalahan yang berkesinambungan.
-     Subtes 2
Ketajaman diferensiasi, yaitu kemampuan untuk mengamati hal-hal yang detail secara tajam dan berpikir dengan kritis untuk mengidentifikasi permasalahan.
-     Subtes 3
Asosiasi, yaitu kemampuan analisa-sintesa untuk menghubungkan dua atau lebih
permasalahan yang serupa.
-     Subtes 4
Pemahaman konsep, yaitu kemampuan memahami suatu prinsip untuk diterapkan ke dalam situasi yang berbeda.

-          SPM
Dipublikasikan pertama kali pada tahun 1938 oleh John. C Raven. Tes ini terdiri dari (5) kelompok soal (A, B, C, D, E), dimana masing-masing kelompok soal berisi 12 soal. Dengan demikian, jumlah keseluruhan soal adalah sebanyak 60 soal. Setiap soal dimulai dari soal yg mudah hingga soal yg sulit, dimana kondisi ini menunjukkan bahwa dibutuhkan kapasitas kognitif untuk memasukkan dan menganalisa informasi. Semua kelompok soal pada tes ini disajikan dengan dicetak tinta hitam pd latar putih (hitam putih).
Tes ini dirancang khusus untuk testee berusia 11–65 tahun, dimana tes ini dapat disajikan secara individual ataupun klasikal. Waktu untuk mengerjakan tes ini kurang lebih 30 menit.
Aspek yg diukur pada tes ini yaitu:
1. Daya Abstraksi: kemampuan menangkap, membayangkan dan menganalisa   suatu hal yg ditangkap atau dilihat indera secara abstrak.
2. Berpikir Logis atau Menalar: kemampuan umenarik kesimpulan menurut aturan logika dan membuktikan bahwa kesimpulan itu benar.
3. Berpikir Sistematis: kemampuan umengerjakan atau menyelesaikan suatu tugas  sesuai dengan urutan, tahapan, langkah, atau perncanaan yg tepat, efektif, dan efisien.
4. Kecepatan dan Ketelitian: kemampuan untuk menangkap, mengolahinformasi dengan cepat dan teliti.
5. Konsentrasi: kemampuan umemberi atensi atau perhatian terhadap suatu hal dalam suatu hal dalam suatu waktu dengan baik.

-          WAIS
Test Wechsler mula-mula diterbitkan pada tahun 1939 dengan nama Wechsler – Bellevue Intelligence Scale (Biasa di singkat W – B) dan revisinya diterbitkan tahun 1955 dengan nama Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS). Tes Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS) adalah skala inteligensi Wechsler yang standar untuk mengukur potensi inteligensi subyek dewasa usia 16 tahun sampai 75 tahun atau lebih, yang penyajiannya secara individual.

WAIS mengukur dua aspek kemampuan potensial subyek yaitu aspek Verbal dan aspek Performance. Wawasan yang diukur oleh kedua aspek tersebut yaitu:
1.   Aspek Verbal: Informasi, rentang angka, pengertian, hitungan, pemahaman, persamaan.
2.   Aspek Performance: melengkapi gambar, mengatur gambar, rancangan gambar, merakit obyek, symbol angka.

-          WISC
Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC) Intellengence quotient sering disingkat dengan IQ merupakan hasil tes intelegensi untuk mengukur kemampuan dan intelegensi seseorang. Wechler (1949) menciptakan skala intelegensi pada anak-anak yang di kembangkan berdasarkan skala W-B (Wechsler-Bellevue Intelligence Scale) dan di namakan WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children). Pada tahun 1974 di revisi menjadi WISC-R (huruf R singkatan dari revised). Tes ini dipakai untuk mengukur intelegensi anak-anak usia 6 sampai 16 tahun.

2.      Tes Kemampuan Kerja
Pada tes ini dapat melihat mengenai sikap kerja, ketelitian, kecermatan, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan dunia pekerjaan. Pentingya mengukur kemampuan seseorang untuk dapat menempatkan calon pada divisi yang tepat, dalam tes ini ada berbagai macam tools yang digunakan, seperti:
-          Pauli
Tes Pauli dikembangkan pada tahun 1983, oleh Dr. Richard Pauli bersama dengan Dr. Wilhem Arnold dan Prof. Dr. Van Hiss.
Tujuan pengukuran tes Pauli adalah mengetahui batas perbedaan kondisi individu, melihat prestasi dengan tepat, dan mengetahui pengaruh sikap kerja terhadap prestasi.
Aspek kepribadian yang diukur dalam tes Pauli antara lain:
1.      Kekuatan kemauan
2.      Daya tahan dan keuletan
3.      Ketekunan dan konsentrasi
4.      Daya penyesuaian
5.      Vitalitas/energi (dengan asumsi, energi = prestasi)
6.      Kecermatan dan ketelitian
7.      Stabilitas emosi
8.      Sikap terhadap tugas, sikap dalam menghadapi tantangan, dan cara mengendalikan diri.
Meskipun tes Pauli banyak mengukur sikap kerja namun tes Pauli masih dapat digolongkan tes kepribadian karena unsur yang paling kuat dalam tes Pauli adalah kemauan (motivasi) dan juga kemampuan. Hasil kerja merupakan fungsi dari motivasi dan kemampuan. Motivasi merupakan hasil dari niat dan kemauan. Kemampuan merupakan kekuatan tindakan yang responsif berupa gerakan motorik, kegiatan intelektual, pengendalian diri secara umum, dan kemampuan untuk membedakan hal yang penting. Seseorang bisa mencapai/ menghasilkan sesuatu dengan melakukan kegiatan-kegiatan/ bekerjadalam suatu kerja selain dibutuhkan kemauan juga harus didukung oleh faktor stabilitas emosi dan ketahanan dalam bekerja. 

-          Kreaplin
Tes Kraeplin merupakan salah satu jenis tes yang diciptakan oleh seorang psikiater jerman bernama Emilie kraepelin pada tahun 1856 – 1926. Yang pada mulanya bertujuan untuk membedakan antara orang yang normal dan tidak normal. Tetapi dalam perkembangannya, tes ini digunakan oleh sebagian pihak dalam rangka mengetahui bakat yang dimilki untuk penempatan kerja.
Menurut Anne Anastasi (Psychological Testing), tes Kraeplin merupakan sebuah ‘Speed Test’. Dengan ciri utama dari sebuah speed tes adalah tidak adanya waktu yang cukup untuk menyelesaikan semua soal. Jadi pada tes ini, testee memang tidak diharapkan untuk dapat menyelesaikan sepenuhnya setiap jalur, tapi penilaian yang dilihat disini adalah bagaimana kecepatan kerja, ketelitian, konsentrasi, stabilitas dan ketahanan yang dimiliki testee dalam kerja.

Tujuan Test Kraepelin
Tujuan dari tes Kraepelin sebenarnya adalah digunakan untuk menentukan sepertia apa tipe performance seseorang, misalnya hasil penjualan yang rendah, dapat menggindikasi adaya gejala depresi mental. Terlalu banyak seseorang melakukan salah hitung, dapat mengindikasikan adanya distraksi mental. 
Selain itu tes Kraepelin juga dapat digunakan untuk mengukur seberapa maximum performance dari seseorang. Hal itulah yang menyebabkan tekanan skoring dan interpresi lebih didasarkan pada hasil tes yang diperoleh secara obyektif bukan pada arti proyektifnya. 

3.      Tes Evaluasi Belajar
Tes merupakan serangkaian soal yang harus dijawab oleh siswa. Dalam hal ini, tes hasil belajar dapat digolongkan kedalam tiga jenis berdasarkan bentuk pelaksanaanya, yaitu (a) tes lisan, (b) tes tulisan, dan (c) tes tindakan atau perbuatan. Tes tertulis dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas dan pencil sebagai instrumen utamanya, sehingga tes mengerjakan soal atau jawaban ujian pada kertas ujian secara tertulis, baik dengan tulisan tangan maupun menggunakan komputer. Sedangkan, Tes lisan dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara tatap muka antara guru dan murid. Sedangkan, Tes perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang dalam melakukan sesuatu unit kerja. Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan perbuatan peserta didik. Pentingya kita mengetahui evaluasi dari hasil belajar itu sendiri untuk nantinya kita dapat memperbaiki lagi agar dapat lebih baik lagi kedepannya.
Dari segi fungsi tes di sekolah, tes dibedakan menjadi:
-          Tes Formatif
Tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikankan dalam tiap satuan unit pembelajaran. Manfaat tes formatif bagi peserta didik adalah:
·         Untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai materi dalam tiap unit pembelajaran.
·         Merupakan penguatan bagi peserta didik.
·         Merupakan usaha perbaikan bagi siswa, karena dengan tes formatif peserta didik mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.
·         Peserta didik dapat mengetahui bagian dari bahan yang mana yang belum dikuasainya.
-          Tes Summatif
Diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau pencapaian peserta didik dalam bidang tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada tengah atau akhir semester.
-          Tes Penempatan
Tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan yang akan dimasuki peserta didik atau kelompok mana yang paling baik ditempati atau dimasuki peserta didik dalam belajar.
-           Tes Diagnostik
Tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan yang dihadapi seseorang baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang mengganggu kegiatan belajarnya.

4.      Tes Inventory
Tes inventori adalah tes-tes yang terutama menggunakan paper dan pencil. Tes inventori merupakan self report questionnare, untuk menentukan karakteristik-karakteristik kepribadian, minat (interested), sikap (attitude), dan nilai-nilai (value). Maka dari itu penting untuk mempelajari tes ini, karenanya nanti akan berguna untuk mengetahui karakteristik kepribadian seperti minat, penyesuaian diri, motivasi, dan prasangka. Namun perlu di ingat bahwa alat-alat tes yang digunakan umumnya tidak ada yang sempurna dan masing-masing tes hanya menjelaskan satu atau beberapa aspek kepribadian. Dalam tes inventori ini ada berbagai macam alat yang digunakan untuk menentukan karakteristik tersebut, yaitu:
-          Papi Kostick
Tes PAPI Kostik di buat oleh Guru Besar Psikologi Industri asal Massachusetts, Amerika, Dr. Max Martin Kostick, pada awal tahun 1960. PAPI Kostick mengukur dinamika kepribadian (psychodynamics) dengan memperhatikan keterkaitan dunia sekitarnya(environment) termasuk perilaku dan nilai perusahaan(values) yang diterapkan dalam suatu perusahaan / situasi kerja dalam bentuk motif (need) dan standar gaya perilaku menurut persepsi kandidat (role) yang terekam saat psikotest.  Secara singkat, PAPI Kostick merupakan laporan inventori kepribadian (self report inventory), terdiri atas 90 pasangan pernyataan pendek berhubungan dalam situasi kerja, yang menyangkut 20 aspek keribadian yang dikelompokkan dalam 7 bidang: kepemimpinan (leadership), arah kerja (work direction), aktivitas kerja (activity), relasi social (social nature), gaya bekerja (work style), sifat temperamen (temperament), dan posisi atasan-bawahan (followership).
PROSEDUR SKORING
1.      Menghitung skor peran, yaitu dengan menjumlahkan anak panah yang dilingkari, baik yang horizontal maupun vertical sesuai dengan arah tanda panah.
2.      Menuliskan jumlah skor pada masing – masing kotak skor dibawah huruf G, L, I, T, V, S, R, D, C, E yang telah tersedia pada lembar jawab.
3.      Menghitung jumlah skor pada seluruh kotak skor peran secara horizontal, dan jumlah skor harus 45.
4.      Menghitung skor “kebutuhan” yaitu dengan menjumlahkan anak panah yang dilingkari baik yang horizontal maupun yang vertical sesuai dengan arah tanda panah.
5.      Menjumlahkan jumlah skor pada masing – masing kotak dibawah huruf N, A, P, X, B, O, Z, K, F, W yang telah tersedia pada lembar jawaban.
6.      Mengitung jumlah skor pada seluruh kotak skor kebutuhan secara vertical, dan jumlah skor harus 45.
7.      Memindahkan setiap skor pada lembar jawaban ke lembar scoring sesuai dengan setiap huruf pada aspek “peran” dan “kebutuhan” dengan cara melingkari angka di dalam lingkaran.
8.      Membuat garis penghubung antara angka yang satu dengan angka lainnya sehingga terbentuklah sebuah diagram pada lembar psikogram yang telah tersedia.

-          NEO PI-R
Sebuah alat ukur yang dikembangkan oleh Costa dan McCrae dengan cara menggunakan metode kuisioner yang dirancang untuk mengukur Big Five Traits (Openness, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness, Neuroticism). Mereka membedakan masing-masing dari kelima dimensi kepribadian tersebut dengan mengembangkan enam facet yang sifatnya lebih spesifik. Setiap facet diukur oleh 8 item, maka NEO-PI-R terdiri dari 240 item (5 faktor x 6 facet x 8 item). Kelebihan dari alat ukur NEO-PI-R yaitu sifatnya yang cross cultural sehingga memudahkan untuk mereplikasi jika terdapat budaya-budaya yang berbeda-beda.
Tujuan tes ini adalah untuk mengukur kecenderungan emosi, hubungan interpersonal, keterbukaan terhadap pengalaman baru, kecenderungan untuk tunduk pada orang lain, dan kemampuan individu dalam berorganisasi.
-          DISC
Sebuah alat untuk memahami tipe-tipe perilaku dan gaya kepribadian, pertama kali dikembangkan oleh William Moulton Marston. Dalam penerapannya di dunia bisnis dan usaha, alat ini telah membuka wawasan dan pemikiran, baik secara profesional maupun secara personal. Seperti umumnya alat-alat tes sejenis (termasuk IQ tes), DISC pertama kali digunakan untuk kepentingan militer dan secara luas digunakan sebagai bagian dalam proses penerimaan tentara AS pada tahun-tahun menjelang Perang Dunia II. Setelah keandalannya terbukti, kemudian DISC secara bertahap dipakai untuk kepentingan rekrutmen yang lebih umum.

Sistem DISC 
DISC personality system merupakan bahasa universal mengenai perilaku. Penelitian mengelompokkan karakteristik perilaku dalam empat bagian utama yang disebut sebagai gaya kepribadian. Orang dengan gaya yang serupa cenderung menampilkan ciri perilaku yang mirip. Setiap individu memiliki keempat gaya ini, akan tetapi bervariasi menurut intensitasnya. DISC merupakan akronim 4 tipe kepribadian yang berarti:

·         Dominant (D)
Orang yang Dominant tinggi akan bersifat asertif (tegas) dan langsung. Biasanya mereka sangat independen dan ambisius. Dalam pemecahan masalahnya, tipe dominan ini melakukan pendekatan yang aktif dan cepat menyelesaikan masalah.
·         Influencing (I)
Tipe Influencing ini senang berteman. Mereka suka menghibur orang lain dan bersifat sosial. Dalam penyelesaian masalah atau mengerjakan sesuatu, mereka banyak mengandalkan keterampilan sosial. Orang yang bersifat interpersonal ini senang berpartisipasi dalam kelompok dan suka bekerja sama.
·         Steadiness (S)
Orang yang bertipe Steadiness ini adalah orang yang berkeras hati, gigih, dan sabar. Mereka mendekati dan menjalani kehidupan dengan memanfaatkan standar yang terukur dan stabil. Pada umumnya, mereka tidak begitu suka kejutan. Pribadi steadiness ini tidak banyak menuntut dan bersifat akomodatif. Mereka sangat ramah dan memperlihatkan kesetiaannya kepada mereka yang ada disekitarnya. Mereka sangat menghargai ketulusan.
·         Conscientiousness (C)
Teliti, begitu sebutan untuk tipe orang ini. Tipe teliti ini sangat tertarik pada presisi (ketelitian dan kecermatan) dan juga dengan akurasi (kecepatan). Mereka menyukai segalanya serba teratur dan jelas. Dan mereka sangat fokus terhadap fakta, menginginkan adanya bukti. Orang tipe Conscientiousness ini sangat menghargai peraturan, mereka tidak suka melanggar peraturan.


Manfaat DISC 
·         Memberikan pemahaman tentang diri seseorang terkait dengan kelebihan dan kekurangan dirinya (secara garis besar untuk memahami tipe kepribadian).
·         Perencanaan masa depan yang lebih baik.
·         Penempatan yang sesuai dengan keunikan seseorang.

-          MBTI
Tes yang bertujuan untuk mengetahui tipe-tipe kepribadian seseorang dalam lingkungannya. Tes ini dikembangkan oleh Katherine Cook Brigss dan putrinya, Isabel Brigss Myers. Mereka mengembangkan tes ini sejak perang dunia II (1939-1945). Tes ini secara khusus bertujuan untuk mengklasifikasikan orang-orang menurut tipe-tipe kepribadian yang spesifik yang kini menjadi rujukan bagi berbagai organisasi dalam melakukan tes bagi pesertanya. Kuesioner ini didasarkan pada empat skala, yang menghasilkan enam belas kemungkinan kombinasi atau tipe-tipe kepribadian yang luas.
MBTI bersandar pada empat dimensi utama yang saling berlawanan (dikotomis).  Berikut empat skala kecenderungan MBTI:
·         Extrovert (E) vs. Introvert (I). Dimensi EI melihat orientasi energi kita ke dalam atau ke luar. Ekstrovert artinya tipe pribadi yang suka dunia luar. Mereka suka bergaul, menyenangi interaksi sosial, beraktifitas dengan orang lain, serta berfokus pada dunia luar dan action oriented. Mereka bagus dalam hal berurusan dengan orang dan hal operasional. Sebaliknya, tipe introvert adalah mereka yang suka dunia dalam (diri sendiri). Mereka senang menyendiri, merenung, membaca, menulis dan tidak begitu suka bergaul dengan banyak orang.  Mereka mampu bekerja sendiri, penuh konsentrasi dan focus.
·         Sensing (S) vs. Intuition (N). Dimensi SN melihat bagaimana individu memproses data. Sensing memproses data dengan cara bersandar pada fakta yang konkrit, praktis, realistis dan melihat data apa adanya. Mereka menggunakan pedoman pengalaman dan data konkrit serta memilih cara-cara yang sudah terbukti. Mereka fokus pada masa kini (apa yang bisa diperbaiki sekarang). Mereka bagus dalam perencanaan teknis dan detail aplikatif. Sementara tipe intuition memproses data dengan melihat pola dan hubungan, pemikir abstrak, konseptual serta melihat berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. Mereka berpedoman imajinasi, memilih cara unik, dan berfokus pada masa depan (apa yang mungkin dicapai di masa mendatang). Mereka inovatif, penuh inspirasi dan ide unik. Mereka bagus dalam penyusunan konsep, ide, dan visi jangka panjang.
·         Thinking (T) vs. Feeling (F). Dimensi ketiga melihat bagaimana orang mengambil keputusan. Thinking adalah mereka yang selalu menggunakan logika dan kekuatan analisa untuk mengambil keputusan. Mereka cenderung berorientasi pada tugas dan objektif. Terkesan kaku dan keras kepala. Mereka menerapkan prinsip dengan konsisten. Bagus dalam melakukan analisa dan menjaga prosedur/standar. Sementara feeling adalah mereka yang melibatkan perasaan, empati serta nilai-nilai yang diyakini ketika hendak mengambil keputusan. Mereka berorientasi pada hubungan dan subjektif. Mereka akomodatif tapi sering terkesan memihak. Mereka empatik dan menginginkan harmoni. Bagus dalam menjaga keharmonisan dan memelihara hubungan.
·         Judging (J) vs. Perceiving (P). Dimensi terakhir melihat derajat fleksibilitas seseorang. Judging di sini bukan berarti judgemental (menghakimi). Judging diartikan sebagai tipe orang yang selalu bertumpu pada rencana yang sistematis, serta senantiasa berpikir dan bertindak teratur (tidak melompat-lompat). Mereka tidak suka hal-hal mendadak dan di luar perencanaan. Mereka ingin merencanakan pekerjaan dan mengikuti rencana itu.  Mereka bagus dalam penjadwalan, penetapan struktur, dan perencanaan step by step. Sementara tipe perceiving adalah mereka yang bersikap fleksibel, spontan, adaptif, dan bertindak secara acak untuk melihat beragam peluang yang muncul. Perubahan mendadak tidak masalah dan ketidakpastian membuat mereka bergairah. Bagus dalam menghadapi perubahan dan situasi mendadak.

-          EPPS
Tes EPPS (Edward Personality Preference Schedule) merupakan tes kepribadian yang mengukur tingkat kepribadian seseorang. Tes ini dikembangkan menurut teori kepribadian H. A Murray, yang mencakup 15 kebutuhan yang harus dimiliki manusia.
EPPS umumnya dikategorikan sebagai power tes yaitu tes yang tidak dibatasi waktu dalam pengerjaannya. Jadi, penekanannya pada penyelesaian tugas bukan waktunya. Dalam mengerjakan tes EPPS semua item harus dijawab, apabila ada satu item saja yang terlewatkan maka interpretasi secara akurat tidak dapat dilakukan. Tes EPPS dapat diberikan secara individual maupun klasikal. Latar belakang awalnya adalah untuk konseling dan orientasinya adalah untuk orang-orang yang normal (Karmiyati & Suryaningrum, 2005).
Tes EPPS bertujuan untuk mengungkap 15 need yang ada pada diri seseorang. Bentuk tes EPPS berupa pasangan-pasangan pernyataan berjumlah 225 pasang. Tugas subyek adalah memilih satu pernyataan dari pasangan-pasangan pernyataan yang disajikan yang cocok atau sesuai dengan dirinya. Dari 225 pasang pernyataan ada 15 pasang yang sama. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesungguhan atau konsistensi subyek dalam mengerjakan tes. Apabila konsisten dapat dikatakan bahwa subyek bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tes dan menjadi valid untuk diskor. Standar konsistensi pengerjaan EPPS adalah 14, namun di Indonesia konsistensi 9 sudah dapat dikatakan valid untuk diskor (Karmiyati & Suryaningrum, 2005).


5.      Tes Grafis
Tes grafis merupakan salah satu bentuk dari tes proyeksi dalam bentuktes proyeksi dari hasil grafis atau coretan tangan seseorang yang mempunyaicirri-ciri ekspresi yang kuat dan simbolik dari proyeksi isi psikis individu. Karya grafis dapat diartikan sebagai segala macam bentuk coretan, tulisantangan, gambar dan lukisan yang digarap dan dihasilkan manusia atas dasar intensionalitas maupun akibat pengaruh tak sadar terhadap dirinya.
Tes grafis disebut juga sebagai paper and pencil test karena hanya melibatkan 2 bahan tersebut dan dianggap sebagai tes yang sederhana dan murah. Sederhana karena tugas yang diberikan tidak rumit, mudah dimengerti subyek dan waktu pengerjaan tidak lama. Murah karena hanya melibatkan beberapa lembar kerja HVS 70gr ukuran A4 dan sebatang pinsil HB. Dalam hal ini ada beberapa alat yang digunakan untuk mengukur tes ini, yaitu:
-          Wartegg Test        
Dikembangkan sekitar tahun 1930 oleh Dr. Ehrig Wartegg dalam karyanya Gestaltung und Character sebagai suatu outline untuk tipologi tes DCT ini. Tes ini terdiri dari 8 karakter item data berupa bentuk/gambar yang ambigu di tiap 8 kotaknya.
Tujuan tes ini untuk mengeksplorasi struktur kepribadian dari fungsi dasarnya (emosi, imajinasi, dinamisme, kontrol, dan fungsi realita, sejauhmana masalah-masalah yang ada “meluas” dalam diri individu dan melihat abnormalitas manusia.
Makna dari masing-masing gambar adalah: gambar 1. berupa titik ditengah kotak: ini menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan penyesuaian diri yaitu bagaimana seseorang menempatkan diri dlm lingkungan, gambar 2. berupa ~ tp berada di kotak sebelah kiri: menunjukkan fleksibilitas perasaan, gambar 3. berupa 3 garis horisontal dr pendek, sedang tinggi sejajar: mengukur hasrat untuk maju/ambisi, gambar 4. berupa kotak kecil di sebelah kanan: mengukur bagaimana seseorang mengatasi kesulitan, gambar 5. seperti huruf T tp miring: mengukur bagaimana cara bertindak, gambar 6. berupa garis horisontal & vertikal: mengukur cara berpikir/analisa & sintesa, gambar 7. berupa titik 2: menyangkut kehidupan dan perasaan (apakah sudah stabil, kekanakan), gambar 8. berupa lengkungan: mengenai kehidupan sosial/ hubungan social.
Dengan menggunakan tes ini maka tester lebih mudah mengevaluasi dan mengeksplorasikan berbagai kepribadian manusia berdasarkan gambar terutama gradien garisnya.
            INTERPRETASI TES WARTEGG
o   Emotion: Seclusive
Indikasi: Cenderung introvert, berorientasi pada diri sendiri, cenderung memandang berbagai hal dari perspektif pribadi, sangat peka dan mudah mengalami suasana hati depresif, cenderung menarik diri dan lari ke dunia imajinatif yang penuh spekulasi ataupun spiritualitas, sangat berorientasi pada pengalaman pribadi dan cenderung senang berpikir, melakukan refleksi atau perenungan dan memiliki karakteristik yang lebh khas atau unik karena lebih banyak diam.
o   Imagination: Combinative
Indikasi: Cenderung berpikir praktis, realistis, segala sesuatunya harus berdasarkan fakta, emosi kuat, objektif dan memiliki nilai estetis meskipun terkesan konvensional.
o   Intellect: Speculative
Indikasi: Lebih senang bekerja dengan prinsip-prinsip umum, cenderung berpikir secara makro, senang memikirkan hal-hal yang berbau teoritis secara luas, bahkan bisa memformulasikan suatu teori atau konklusi baru dengan melihat perspektif luas, jika taraf kecerdasannya di atas rata-rata ia menjadi pribadi yang sophisticated (elegan dan smart), jika taraf kecerdasannya rata-rata performancenya samar-samar antara rasiona namun tidak praktis dalam merealisasikannya dan agak jauh dari realitas.
o   Activity (Will): Dynamic
Indikasi: Tidak bisa diam, suka beraktivitas, cenderung impulsiv, pribadi nyang mudah masuk ke usaha atau bidang baru, sangat bersemangat dan sensitif, peka terhadap informasi, energinya besar untuk dapat mengerjakan banyak tugas pada saat yang sama, jika energinya terarahg bisa menjadi produktif, namun jika tidak terarah bisa menjadi sia-sia.
-          DAM
Tes Menggambar Orang dilaksanakan secara individual. Biasanya digunakan untuk keperluan seleksi, adakalanya tes ini dilaksanakan secara klasikal. Untuk keperluan pemeriksaan klinis, tes ini dilakukan “work limit” (tanpa batas waktu pengerjaan) dan jika testee menghendaki, ia diperkenankan menggunakan penghapus. Sebaliknya, untukkeperluan pemeriksaan non klinis, adakalanya tes ini dilakukan “time limit” (dibatasi waktu pengerjaannya) yaitu 10 menit dan testee tidak diperkenankan menggunakan penghapus.
Dalam tes ini yang paling paling diukur adalah kemampuan grafis dan kemampuan seseorang dalam membedakan karakteristik seseorang dalam berbagai gesture yang di representasikan dalam bentuk gambar.

-          BAUM
Tes menggambar pohon (The Tree Test/Baum Test) bisa dilaksanakan secara individual maupun klasikal. Untuk keperluan pemeriksaan klinis, tes ini dilakukan “work limit” (tanpa batas waktu pengerjaan) dan jika testee menghendaki, ia diperkenankan menggunakan penghapus. Sebaliknya, untuk keperluan pemeriksaan non klinis, adakalanya tes ini dilakukan “time limit” (dibatasi waktu pengerjaannya) yaitu 10 menit dan testee tidak diperkenankan menggunakan penghapus.
Tes ini terdiri atas tugas untuk menggambar pohon dengan kriteria: berkambium (dicotyl), bercabang dan berbuah. Sehingga tidak diperbolehkan kepada anda menggambar pohon jenis bambu, pisang, semak belukar ataupun jenis
tanaman monocotyl lainnya.

-          HTP
Pencipta: John N. Buck. Dikembangkan oleh tahun 1947, direvisi tahun 1948, 1949 dan (revisi Buck & Warren) 1992. Pada prinsipnya dikembangkan dari Goodenough Scale yang berfungsi untuk mengukur fungsi/ kematangan intelektual Buck meyakini bahwa gambar rumah dan pohon juga dapat memberikan informasi yang relevan mengenai kepribadian individu. Buck meyakini juga bahwa goresan gambar seseorang (dalam hal ini gambar rumah, pohon dan orang) dapat mewakili karakter pribadinya. HTP merupakan salah satu tes grafis yang berguna untuk melengkapi tes grafis yang lain.
Tes HTP (House tree Person) umumnya memiliki tujuan untuk mengukur keseluruhan pribadi. Waktu yang dipergunakan dalam tes Psikologi HTP normalnya selama 10 menit. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah HTP digunakan oleh para ahli jiwa untuk mendapatkan data yang cukup signifikan yang mempunyai sifat diagnosa atau prognosa mengenai keseluruhan pribadi individu yang bersangkutan, juga dapat mengetahui bagaimana interaksi pribadi dengan lingkungan baik yang umum ataupun spesifik.

-          Grafologi
Grafologi berasal dari kata graphos yang berarti coretan atau tulisan dan logos yang berarti ilmu. Jadi grafologi adalah ilmu yang mampu menginterpretasikan karakter seseorang melalui tulisannya. Grafologi ini sudah ada sejak zaman kuno.
Tujuan dari tes ini yaitu untuk mengetahui untuk mengungkapkan karakter dan kepribadian seseorang melalui tulisannya. Dengan grafologi kita dapat mengetahui motivasi diri, kestabilan emosi, keadaan mental, minat dan bakat, kecenderungan intelektual bahkan kekuatan dan kelemahan diri.
Grafolog tidak berkepentingan untuk membaca isi tulisan, yang perlu di perhatikan adalah menganalisa fisik tulisan itu sendiri. Dalam menganalisis tulisan tangan para grafolog harus memperhatikan 3 konsep yang penting yaitu:
o    Ruang
Tempat seseorang dalam mencoretkan tulisannya. Agar mudah di mengerti, ruang adalah jika kita menulis di kertas A4 yang kosong, maka tempat kosong yang kita tulis ini adalah ruangnya
o    Gerak
Arah tulisan (kekakanan / kekiri, keatas / menurun)
o    Bentuk
Bentuk-bentuk dari tulisan tiap huruf ataupun kata (bentuk, huruf a,i, dsb)
Bentuk tulisan yang dapat dianalisis dalam grafologi adalah penggunaan huruf, marjin, spasi, tanda baca, bentuk tulisan, dan posisi tulisan (miring atau tegak), termasuk di dalamnya tanda tangan. Gaya tulisan tangan tidak sama untuk setiap orang sekalipun orang tersebut terlahir kembar.

-          Dragon Test
Tes yang dikembangkan oleh J.D Lammerts Van Beuren-Smith, tes ini dieruntukkan untuk anak-anak. Dalam pengerjaan tes ini anak diminta untuk membuat gambar yang didalamnya terdapat 5 objek, yaitu:
-          Matahari             : ayah
-          Rumah                : ibu
-          Pohon                 : anak
-          Naga                   : kemarahan, oposisi, energi libido, kekuatan, kehendak, dinamika    anak
-          Kolam                : emosi, perasaan, sensitivitas
*untuk naga bisa diganti dengan binatang buas lainnya.
Gambar dibuat dengan menggunakan 5 warna primer, yaitu merah, hijau, kuning, biru, hitam. Untuk waktu pengerjaan tes ini tidak dibatasi oleh waktu.

6.      Tes Proyektif Lain
Test Proyeksi muncul karena adanya protes terhadap teori atau aliran lama yang kebanyakan bersifat structuralism, behaviorism, yang kebanyakan memandang individu bukan suatu whole tetapi sebagai suatu kumpulan dari berbagai aspek.
Aspek psikologis manusia yang tidak disadari sulit diungkap dalam kondisi wajar (sukar diungkap melalui self report, inventory). Jadi dalam pendekatan proyektif diperlukan instrument khusus yang dapat mengungkap aspek-aspek ketidaksadaran manusia --- teknik proyektif ini kemungkinan subjek mau merespon, walaupun teknik proyektif mempunyai arti interpretatif Teknik ini pendekatannya menyeluruh (global approach). Dalam tes proyektif ini ada beberapa tools yang digunakan, seperti:
-          TAT
Thematic Apperception Test atau yang disingkat menjadi (TAT) adalah sebuah alat bantu untuk mengukur aspek kepribadian individu. Dengan berbagai macam perhitungan, kita bisa mengetahui alat ukur yang digunakan untuk menghitung, bahkan mampu menarik sebuah kesimpulan, dalam menentukan kepribadian dan kognitif seseorang secara umum.
TAT didasarkan pada teori kebutuhan Murray yang melihat bahwa perilaku manusia didorong oleh motivasi internal dan eksternal, sedangkan lingkungan dipandang sebagai press (tekanan) yang mempengaruhi dorongan tersebut. Keduanya akan membentuk suatu interaksi antara kebutuhan dan lingkungan yang disebut sebagai tema. Kesatuan tema merupakan kesatuan interaksi itu yang terbentuk sejak jaman kanak-kanak tanpa disadari, dan ini merupakan kunci dari suatu perilaku unik (khas) seseorang.
Manfaat TAT
1. TAT berguna dalam mempelajari secara keseluruhan kepribadian seseorang, sehingga dapat menginterpretasi tingkah laku abnormal, penyakit psikosomatis, neurose.
2. Manfaat khusus TAT. Sebagai pendahuluan interview therapi dan merupakan langkah pertama dalam psikoanalis

-          Rosarch
Metode proyektif yang paling dikenal dan digunakan secara luas dalam melihat kepribadian seseorang adalah tes Rorschach. Dalam tes ini, klien diperlihatkan sepuluh kartu dengan bentuk ambigu hasil dari cipratan tinta yang hampir simetris. Lima kartu berwarna hitam, putih dan abu-abu yang berbayang, sedangkan lima kartu lainnya memiliki warna. Kebanyakan ahli setuju bahwa tes Rorschach ini merupakan teknik psikodiagnostik yang signifikan dan sensitif. Tes ini mengevaluasi emosi-emosi yang dialami klien dalam hidupnya, tingkat intelektual dan membantu menjelaskan komponen-komponen kepribadian seseorang.
Ada tiga kategori penting dalam memberikan skor pada tes ini, yaitu lokasi yang menunjukkan pada bagian mana respon dilihat oleh klien dalam kartu, determinan yang menunjukkan bagaimana respon tersebut dilihat, dan konten yang menunjukkan apa yang dilihat klien dalam kartu.

7.      Tes Minat dan Bakat
Tes Bakat
Tes Bakat fokus pada mengukur kemampuan yang lebih spesifik namun juga memberikan informasi kemampuan lainnya yang bersifat beragam (multiple) kemampuan. Tes bakat mengukur suatu sampel tingkah laku yang secara diagnosis dapat memprediksi perilaku lainnya dimasa yang akan datang. Sehingga fungsi tes bakat dapat digunakan untuk meramalkan performance seseorang dikemudian hari. Hal ini didapatkan dari hasil pengalaman dan proses belajar individu yang diukur dalam tes.
Dalam pengukuran tes bakat pastinya ada suatu tujuan, seperti:
-          Tujuan Diagnosis
Tujuan ini untuk memberikan informasi mengenai sejauh mana minat dan bakat seseorang pada suatu bidang. Diagnosis dalam pengukuran psikologis tentunya akan memiliki unsur prediktif. Hal ini memiliki arti bahwa dengan mengetahui bakat yang dimiliki seseorang, maka dapat keberhasilan seseorang dalam bidang yang dipilih akan dapat diprediksi tingkat keberhasilannya. Agar dapat lebih komprehensif, maka dukungan tes lainnya untuk mendapatkan informasi pendukung akan lebih mampu melengkapi.

-          Prediksi
Untuk memprediksi kesuksesan atau kegagalan seseorang dalam bidang yang menjadi pilihannya untuk berkarir atau lainnya.

Tes Minat
Whiterington (1988) mendefinisikan minat sebagai suatu kesediaan individu terhadap suatu obyek, individu, hal, atau situasi yang berhubungan dengan dirinya.
            Pentingnya kita mengukur minat dan bakat seseorang untuk mempermudah kita mengarahkan dalam pemilohan berbagai macam bidang yang nantinya akan ia geluti. Untuk itu ada beberapa tools yang dapat kita gunakan untuk mengukur minat dan bekat seseorang, diantaranya:
o   Holland Test
Menurut Holland orang dapat digolongkan ke dalam salah satu jenis kepribadian dari 6 jenis. Lingkungan di mana orang-orang itu hidup dapat dikategorikan dalam 6 jenis juga. Pasangan atau kekesuaian jenis kepribadian dan model lingkungan membantu untuk memahami jenis kepribadian dan model lingkungan seseorang. Maka perilaku seseorang dapat diketahui melalui interaksi pola kepribadian dan lingkungannya. Adapun model orientasi yang dijabarkan oleh John L. Holland (Manrihu, 1992) adalah sebagai berikut:
§  Tipe Realistic: yang menyebabkan individu lebih memilih bidang kegiatan memanipulasi obyek dengan cara teratur dan sistematis, seperti misalnya penggunaan mesin atau peralatan dengan kerjatangan. Tingkah laku ini biasanya membawa seseorang memiliki kompetensi di bidang mekanik, pertanian, elektrik, dan teknik, tetapi sebaliknya menguragi kompetensi di bidang sosial dan pendidikan.
§  Tipe Investigative: individu lebih memilih kegiatan penyelidikan yang observasional, simbolis, sistematis dan kreatif atas fenomena fisik, biologis dan kultural agar dapat memahami dan mengontrol fenomena tersebut, dan tidak menyukai aktivitas-aktivitas persuasif, sosial, dan repetitif. Contoh-contoh dari yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan tipe-tipe investigatif adalah ahli kimia dan ahli fisika.
§  Tipe Artistic: lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang ambiguous, bebas, dan tidak tersistematisasi untuk menciptakan produk-produk artistic, seperti lukisan, drama, karangan. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas yang sistematik, teratur, dan rutin. Kompetensi-kompetensi dalam upaya-upaya artistic dikembangkan dan keterampilan-keterampilan yang rutin, sistematik, klerikal diabaikan. Memandang diri sebagai ekspresif, murni, independen, dan memiliki kemampuan-kemampuan artistic. Beberapa ciri khususnya adalah emosional, imaginatif, impulsif, dan murni. Bidang-bidang artistic biasanya adalah lukisan, karangan, akting, dan seni pahat.
§  Tipe Social: lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang melibatkan orang-orang lain dengan penekanan pada membantu, mengajar, atau menyediakan bantuan. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas rutin dan sistematik yang melibatkan obyek-obyek dan materi-materi. Kompetensi-kompetensi sosial cenderung dikembangkan, dan hal-hal yang bersifat manual & teknik diabaikan. Bidang-bidang sosial mencakup pekerjaan-pekerjaan seperti mengajar, konseling, dan pekerjaan kesejahteraan sosial.
§  Tipe Enterprising: lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang melibatkan manipulasi terhadap orang-orang lain untuk perolehan ekonomik atau tujuan-tujuan organisasi. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas yang sistematik, abstrak, dan ilmiah. Kompetensi-kompetensi kepemimpinan, persuasif dan yang bersifat supervisi dikembangkan, dan yang ilmiah diabaikan. Memandang diri sebagai agresif, populer, percaya diri, dan memiliki kemampuan memimpin. Keberhasilan politik dan ekonomik dinilai tinggi. Ciri-ciri khasnya adalah ambisi, dominasi, optimisme, dan sosiabilitas.
§  Tipe Convensional: lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang memerlukan manipulasi data yang eksplisit, teratur, dan sistematik guna memberikan kontribusi kepada tujuan-tujuan organisasi. Tidak menyukai aktivitas- 11 aktivitas yang tidak pasti, bebas dan tidak sistematik. Kompetensikompetensi dikembangkan dalam bidang-bidang klerikal, komputasional, dan sistem usaha. Beberapa ciri khasnya adalah efisiensi, keteraturan, praktikalitas, dan kontrol diri. Bidang-bidang yang sesuai adalah bankir, penaksir harga, ahli pajak, dan pemegang buku.\

o   RMIB
Menurut sejarahnya, tes tersebut disusun oleh Rothwell pertama kali pada tahun 1947. Saat itu tes ini hanya memiliki 9 jenis katagori dari jenis-jenis pekerjaan yang ada. Kemudian pada tahun 1958, tes diperluas dari 9 katagori menjadi 12 katagori oleh Kenneth Miller. Sejak saat itu, tes minat tersebut menjadi Test Interest Rothwell-Miller atau yang lebih dikenal dengan Tes RMIB (Rothwell Miller Interest Blank).
Tes ini sebenarnya bertujuan mengenal pasti minat individu terhadap 12 kategori pekerjaan yaitu kategori Outdoor, Mechanical, Computational, Scientific, Personal Contact, Aesthetic, Literary, Musical, Social service, Clerical, Practical, Medical. Jumlah   skor   yang   terkecil   menunjukkan   bidang   minat   yang utama   yang menjadi pilihan individu yang mengambil ujian ini, manakala jumlah skor yang terbesar menunjukkan bidang minat tersebut paling tidak penting kepadanya (Sidek, 1998).
Alat   tes   ini   banyak   digunakan   untuk   dunia   pendidikan   misalnya penjurusan   di   SMA   dan   Perguruan   Tinggi, serta   dapat   digunakan   untuk dunia   kerja dalam penentuan posisi jabatan seseorang (placement).
                                   
                        PENGGUNAAN HASIL INTERPRETASI
§  Dapat   digunakan   sebagai   bahan   pertimbangan   dalam   mengarahkan   atau memberikan interview kepada individu. Serta dapat pula dipergunakan sebagai bahan diskusi kelompok untuk mempertimbangkan suatu apresiasi terhadap kebutuhan akan adanya pekerjaan yang memuaskan.
§  Untuk membantu individu menentukan interest utamanya yang kemudian akan diikuti dengan studi yang mendalam tentang pekerjaan yang terdapat di dalam lingkungan interestnya.



Demikian kali ini blog yang saya buat, semoga bisa bermanfaat untuk kita semua. See u next blog!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar