Hai!
Balik lagi pada pembahsan kita seputar Psikodiagnostik, pada pembahasan saya
sebelumnya sudah banyak membahas macam-macam jenis dan alat tes, nah pada
pembahasan kali ini saya akan lebih spesifikkan alat tes mana yang saat
pelaksanaannya termasuk dalam tes individu ataupun tes kelompok, masing-masing
dari keduanya terdapat jenis tes inteligensi, kepribadian maupun minat. Tapi
sebelumnya saya akan memberi penjelasan terlebih dahulu mengenai perbedaan tes
individu dan kelompok itu sendiri. Yuk makanya disimak baik-baik J
Tes Individu
Dilakukan
terhadap satu orang pada satu waktu tertentu. Dalam pelaksanaannya lebih
berfokus pada global atau holistic serta tester berhadapan langsung dengan
testee, tujuan utama tes individu yaitu untuk mengukur kemampuan umum (general
trait) dari individu, Time consuming, Observasi terhadap testee bisa dilakukan
dengan lebih intensif, Skor tidak tergantung pada kemampuan membaca testee.
Jenis-jenis
tes yang termsuk dalam tes individu:
1.
Tes Inteligensi
-
Stanford Binet
Digunakan untuk anak-anak yang berusia 2 tahun sampai
dengan orang dewasa yang berusia 85 tahun keatas.
Tes-tes dalam skala ini dikelompokkan menurut berbagai
level usia mulai dari Usia-II sampai dengan Usia Dewasa-Superior. Diantara
Usia-II dan Usia-V, tesnya meningkat dengan interval setengah tahunan,
sedangkan diantara Usia-V dan Usia-XIV, level usia mengingkat dengan interval
satu tahunan. Level-level selanjutnya dimaksudkan sebagai level
Dewasa-Rata-rata dan level Dewasa-Superior I, II, dan III.
Setiap level usia dalam skala ini berisi enam tes,
kecuali untuk level Dewasa-Rata-rata yang berisi delapan tes. Dalam
masing-masing tes untuk setiap level usia terisi soal-soal dengan taraf
kesukaran yang tidak jauh berbeda. Berdasarkan perbedaan taraf kesukaran yang
kecil itulah disusun urutan soal dari yang paling mudah sampai yang paling
sukar.
Skala Stanford-Binet dilaksanakan secara individual
dan soal-soalnya diberikan secara lisan oleh pemberi tes. Penyajian tesnya
sendiri mengandung kerumitan yang spesifik bagi masing-masing individu yang
dites. Tidak ada individu yang dikenai semua soal dalam tes karena setiap
subjek hanya diberikan soal dalam tes yang berada dalam cakupan level usia yang
sesuai dengan level intelektualnya masing-masing.
Untuk memperoleh angka IQ skor pada skala
Stanford-binet diubah atau dikonversikan dengan bantuan suatu tabel konversi.
IQ yang dihasilkan oleh skala ini merupakan IQ-deviasi yang mempunyai rata-rata
(mean) sebesar 100 dan deviasi SD sebesar 16. Versi terbaru skala
Stanford-Binet diterbitkan pada tahun 1986. Terbitan terbaru Stanford-Binet:
edisi kelima (SB5) menggarisbawahi pemisahan intelegensi menjadi lima faktor
dan dua bidang (verbal dan non verbal) sehingga menghasilkan 10 subtes. Kelima
faktor tersebut adalah: Fluid Reasoning, Pengetahuan,
Penalaran
Kuantitatif (tes kuantitatif,
rangkaian angka), Penalaran Visual-Spasial (melipat kertas,
mengkopi), Working Memory (memori kalimat, memori
sajian urutan benda).
-
Skala Kaufman
Terdapat
2 jenis yaitu:
Kaufman
Assessment Battery for Children (K-ABC)
Tes ini diciptakan oleh Alan S. Kaufman dan Nadeen L.
Kaufman dari the University of Alabama.
Skala-skala inteligensi dalam baterai (rangkaian) ini
adalah Sequal Processing Scale dan Simulation Processing Scale. Sequal
Processing Scale yaitu skala yang mengungkap abilitas atau kemampuan untuk
memecahkan permasalahan secara bertahap dengan penekanan pada hubungan serial
atau hubungan temporal diantara stimulus. Stimulus ini, baik verbal maupun
visual harus ditangni secara berurutan agar tercapai performansi yang optimal.
Dalam K-ABC kemampuan ini diungkap antara lain oleh subtes Word Order dimana
subjek harus menunjuk pada bayangan gambar dalam urutan sama dengan urutan nama
yang disebut oleh penguji.
Simulation Processing Scale yaitu skala yang bertujuan
mengungkap kemampuan anak dalam memecahkan permasalahan dengan cara
mengorganisasikan dan memadukan banyak stimuli sekaligus dalam waktu yang sama.
Permasalahan yang diajukan sering kali bersifat analogi atau mengandung aspek
spasial. Baik berwujud perseptual maupun berujud konseptual, stimulusnya
menghendaki pengerahan daya sintesis simultan agar tercapai penyelesaian yang
benar. Dalam K-ABC, stimulus bentuk ini mencakup tugas pengenalan bercak tinta
yang disajikan separuh selesai (Gestalt Completion) dan analogi visual yang
umumnya abstrak (Matrix Analogies). Baterai (rangkaian) dalam skala ini juga
menyajikan kombinasi Sequantial dan Simultaneous Processing yang masing-masing
disebut Mental Processing Composite Scale, Achievement Scale, dan non-Verbal
Scale. Skor pada kesemua skala dalam K-ABC memiliki mean 100 dan unit SD
sebesar 15 agar dapat dibandingkan langsung satu sama lain dan dengan ukuran
inteligensi lain.
Tes ini dilaksanakan secara individual untuk anak-anak dan
remaja untuk usia 3-18. tujuannya yaitu
untuk
mengurangi perbedaan skor antara anak-anak dari kelompok etnis dan budaya yang
berbeda.
Kaufman Brief Intelligence
(K-BIT)
Tes penyaringan intelegensi umum standar yang baru-baru
ini dipublikasikan dalam bentuk edisi kedua yaitu KBIT-2 yang terdiri dari
o skala Crystallized
atau verbal yang memiliki dua jenis soal (pengetahuan verbal dan teka-teki)
o skala non verbal atau
Fluid yang mencakup soal-soal matriks.
KBIT-2 dilaksanakan untuk peserta berusia 4-90 tahun dan
dalam waktu kurang lebih 20 menit.
-
Wechsler Adult Intellegence
Scale (WAIS)
Skala Weschler pertama kali diterbitkan pada tahun
1939 dengan nama Weschler-Bellevue (W-B). Sasaran utama test ini adalah untuk
menyediakan test intelegensi bagi orang dewasa. Test ini dirancang untuk
anak-anak sekolah dan diadaptasikan untuk orang dewasa dengan menambahkan
beberapa soal yang lebih sulit.
WAIS telah mengalami revisi, dan diberi nama Weschler
Adult Scale-Revised (WAIS-R) yang mencakup jangkauan umur 16 sampai 74 tahun.
Sebagaimana versi WAIS sebelumnya, WAIS-R terdiri dari skala Verbal dan skala
Performansi. Kedua skala tersebtu masing-masing menghasilkan IQ-verbal dan IQ-performansi,
sedangkan kombinasi keduanya menjadi dasar untuk perhitungan IQ deviasi sebagai
IQ keseluruhan. Masing-masing test memiliki minimal 5 subtes dan maksimal 7
subtes. Secara lebih terperinci, isi masing-masing subtes dalam skala Verbal,
yaitu subtes Informasi, berisi 29 pertanyaan mengenai pengetahuan umum yang
dianggap dapat diperoleh oleh setiap orang dimana ia berada.
Soal-soal dalam setiap subtes dirancang sesuai dengan
tujuan penggunaan skala ini, yaitu sebagia ukuran inteligensi orang dewasa yang
dimaksudkan untuk digunakan pada subjek yang berusia antara 16 sampai dengan 64
tahun. Dalam memberikan skor untuk subtes Hitungan, Simbol Perakitan Angka,
Rancangan Balok, Susunan Gambar, dan Perakitan Objek, kebenaran jawaban dan
kecepatan menjawab sangat diperhitungkan. Jawaban yang benar akan tetapi
diberikan setelah batas waktu yang dibolehkan tidak akan mendapat skor. Semakin
cepat penyelesaian diberikan, skornya akan semakin tinggi.
-
WISC
Revisi skala WISC yang dinamai WISC-R diterbitkan
tahun 1974 dan dimaksudkan untuk mengukur inteligensi anak-anak usia 6 sampai
dengan 16 tahun. WISC-R terdiri atas 12 subtes yang dua diantaranya digunakan
hanya sebagai persediaan apabila diperlukan penggantian subtes. Keduabelas
subtes tersebut dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu skala Verbal (verbal)
yang terdiri dari information (informasi), comprehension (pemahaman),
arithmetic (hitungan), similiarites (kesamaan), vocabulary (kosakata), dan
digit span (rentang angka). Golongan kedua adalah skala performansi
(performance) yang terdiri dari picture completion (kelengkapan gambar),
picture arrangement (susunan gambar), block design (rancangan balok), object
assembly (perakitan objek), coding (sandi), mazes (taman sesat).
Melalui prosedur pemberian skor yang telah ditentukan,
setiap subjek akan memperoleh skor pada masing-masing subtes. Skor tersebut
kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk angka standar melalui tabel norma
sehingga akhirnya diperoleh suatu angka IQ –deviasi untuk skala verbal, satu
angka IQ-deviasi untuk skala verbal dan satu angka IQ-deviasi untuk skala
performansi, dan satu angka IQ-deviasi untuk keseluruhan skala.
2.
Tes Inventori
-
Rorschach
Dalam tes ini, klien diperlihatkan sepuluh kartu
dengan bentuk ambigu hasil dari cipratan tinta yang hampir simetris. 5 kartu
berwarna hitam, putih dan abu-abu yang berbayang, sedangkan 5 kartu lainnya
memiliki warna. Tes ini mengevaluasi emosi-emosi yang dialami klien dalam
hidupnya, tingkat intelektual dan membantu menjelaskan komponen-komponen
kepribadian seseorang.
Dasar Pemikiran Tes Rorschach:
• Asumsi
ada hubungan antara persepsi dengan kepribadian.
• Bercak tinta
ambigous dan unstructure, yaitu persepsi personal,
spontan dan tidak dipelajari.
• Tujuan utama
mendeskripsikan kepribadian seseorang secara keseluruhan
(Gestalt).
-
Hematic Apperception
Test (TAT)
TAT didasarkan pada teori kebutuhan Murray yang
melihat bahwa perilaku manusia didorong oleh motivasi internal dan eksternal,
sedangkan lingkungan dipandang sebagai press (tekanan) yang mempengaruhi
dorongan tersebut. Keduanya akan membentuk suatu interaksi antara kebutuhan dan
lingkungan yang disebut sebagai tema. Kesatuan tema merupakan kesatuan
interaksi itu yang terbentuk sejak jaman kanak-kanak tanpa disadari, dan ini
merupakan kunci dari suatu perilaku unik (khas) seseorang.
Dikenal sebagai teknik interpretasi gambar karena
menggunakan rangkaian standar provokatif berupa gambar yang ambigu dan klien
yang harus menceritakan sebuah cerita dari gambar yang tertera. Tugas klien
adalah menceritakan apa yang sedang terjadi saat ini, sebelumnya (situasi apa
yang menimbulkan peristiwa saat ini), bagaimana pikiran dan perasaan
tokoh-tokoh yang ada dalam cerita, dan bagaimana akhir dari cerita yang dibuat
klien.
Metode
dengan menggunakan kartu bergambar seukuran 4 X 6 inchi. Diberikan masing –
masing, pria dan wanita, 5 jenis kartu yang berbeda dan 1 kartu kosong.
Manfaat TAT:
TAT berguna dalam mempelajari secara keseluruhan kepribadian seseorang,
sehingga dapat menginterpretasi tingkah laku abnormal, penyakit psikosomatis,
neurose. Manfaat khusus TAT, Sebagai
pendahuluan interview therapi dan merupakan langkah pertama dalam psikoanalisa.
Tes Kelompok
Dilakukan pada banyak orang sekaligus pada satu waktu
atau waktu yang sama, fokusnya lebih sempit, yaitu untuk memprediksi kinerja
akademik atau profesi, skor tes sangat tergantung pada kemampuan membaca
testee, validitasnya lebih tinggi, lebih sering digunakan untuk proses
screening (pendidikan atau pekerjaan).
Jenis-jenis
tes yang termsuk dalam tes kelompok:
1.
Tes Inteligensi
- IST
Tes ini terdiri dari bagian-bagian yang saling
berhubungan secara struktur, dimana dari struktur tersebut menggambarkan pola
kerja tertentu. Tes ini cocok untuk digunakan dalam memahami diri dan
pengembangan pribadi, merencanakan pendidikan dan karir serta membantu dalam
pengambilan keputusan hidup seseorang.
Terdiri dari 9 subtes yang keseluruhannya berjumlah
176 item. Masing-masing subtes memiliki batas waktu yang berbeda-beda dan
diadministrasikan dengan menggunakan manual (Polhaupessy, dalam Diktat Kuliah
IST UNPAD, 2009).
Setelah didapatkan Standardized Score, maka tahap
interpretasi dapat dilakukan. Kesembilan subtes saling berkaitan, sehingga
harus dilakukan semuanya dan interpretasinya harus dilakukan secara keseluruhan
(Amthauer dalam Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009).
- CFIT
Tes
yang dikembangkan oleh R.B. Cattel pada tahun 1920, pernah melakukan beberapa
kali revisi untuk meningkatkan validitas. Pada tahun 1949, skala yang digunakan
tes ini mengalami perubahan. Sejak itu skala tes yang ada dipakai hingga
sekarang.
CFIT
mengukur inteligensi individu dalam suatu cara yang direncanakan untuk
mengurangi pengaruh
kecakapan verbal, iklim kebudayaan dan tingkat pendidikan (Cattell dalam
Kumara, 1989). Alasannya yaitu perbedaan kebudayaan dapat mempengaruhi
performance test (hasil), sehingga dikembangkan tes yang adil budaya (culture
fair) antara lain CFIT.
-
Multidimensional
Aptitude Battery II (MAB-II)
MAB dirancang setara WAIS-R dan untuk menghasilkan
skor-skor IQ dengan sifat-sifat psikometrik yang sama dengan yang terdapat pada
WAIS-R.
Untuk peserta tes usia 16-74 tahun. MAB-II
menghasilkan 10 skor subtes, serta IQ verbal, kinerja, dan skala penuh.
-
Tes Kemampuan
Kognitif (CogAT – Cognitive Abilitiy Test)
CogAT merupakan salah satu tes kombinasi terbaik
berbasis sekolah yang digunakan saat ini (Lohman & Hagen, 2001).
Sembilan subtes CogAT mencakup Tes Kombinasi Verbal,
Tes Kombinasi Kuantitatif, dan Tes Kombinasi Nonverbal.
-
Matriks Progresif
Raven (RPM)
Merupakan tes nonverbal penalaran induktif yang di
dasarkan pada stimuli ber-gambar. RPM bermanfaat sebagai pengujian tambahan untuk
orang-orang yang memiliki kelemahan pendengaran, bahasa, dan fisik.
2.
Tes Inventory
- PAPI
Tes PAPI Kostik di buat oleh Guru Besar Psikologi
Industri asal Massachusetts, Amerika, Dr. Max Martin Kostick, pada awal tahun
1960. PAPI Kostick mengukur dinamika kepribadian (psychodynamics) dengan
memperhatikan keterkaitan dunia sekitarnya(environment) termasuk perilaku dan
nilai perusahaan(values) yang diterapkan dalam suatu perusahaan atau situasi
kerja dalam bentuk motif (need) dan standar gaya perilaku menurut persepsi
kandidat (role) yang terekam saat psikotest.
Secara singkat, PAPI Kostick merupakan laporan inventori kepribadian
(self report inventory), terdiri atas 90 pasangan pernyataan pendek berhubungan
dalam situasi kerja, yang menyangkut 20 aspek keribadian yang dikelompokkan
dalam 7 bidang: kepemimpinan (leadership), arah kerja (work direction),
aktivitas kerja (activity), relasi social (social nature), gaya bekerja (work
style), sifat temperamen (temperament), dan posisi atasan-bawahan
(followership).
- DISC
Sebuah
alat untuk memahami tipe-tipe perilaku dan gaya kepribadian, pertama kali
dikembangkan oleh William Moulton Marston. Dalam penerapannya di dunia bisnis
dan usaha, alat ini telah membuka wawasan dan pemikiran, baik secara
profesional maupun secara personal. Seperti umumnya alat-alat tes sejenis
(termasuk IQ tes), DISC pertama kali digunakan untuk kepentingan militer dan
secara luas digunakan sebagai bagian dalam proses penerimaan tentara AS pada
tahun-tahun menjelang Perang Dunia II. Setelah keandalannya terbukti, kemudian
DISC secara bertahap dipakai untuk kepentingan rekrutmen yang lebih umum.
Sistem DISC
DISC personality
system merupakan bahasa
universal mengenai perilaku. Penelitian mengelompokkan karakteristik perilaku
dalam empat bagian utama yang disebut sebagai gaya kepribadian. Orang dengan
gaya yang serupa cenderung menampilkan ciri perilaku yang mirip. Setiap individu
memiliki keempat gaya ini, akan tetapi bervariasi menurut intensitasnya. DISC
merupakan akronim 4 tipe kepribadian yang berarti Dominant (D), Influencing
(I), Steadiness (S), Conscientiousness (C).
- EPPS
Tes EPPS (Edward Personality Preference Schedule)
merupakan tes kepribadian yang mengukur tingkat kepribadian seseorang. Tes ini
dikembangkan menurut teori kepribadian H. A Murray, yang mencakup 15 kebutuhan
yang harus dimiliki manusia.
EPPS umumnya dikategorikan sebagai power tes yaitu tes
yang tidak dibatasi waktu dalam pengerjaannya. Jadi, penekanannya pada
penyelesaian tugas bukan waktunya. Dalam mengerjakan tes EPPS semua item harus
dijawab, apabila ada satu item saja yang terlewatkan maka interpretasi secara
akurat tidak dapat dilakukan. Tes EPPS dapat diberikan secara individual maupun
klasikal. Latar belakang awalnya adalah untuk konseling dan orientasinya adalah
untuk orang-orang yang normal (Karmiyati & Suryaningrum, 2005).
Tes EPPS bertujuan untuk mengungkap 15 need yang ada
pada diri seseorang. Bentuk tes EPPS berupa pasangan-pasangan pernyataan
berjumlah 225 pasang. Tugas subyek adalah memilih satu pernyataan dari
pasangan-pasangan pernyataan yang disajikan yang cocok atau sesuai dengan
dirinya. Dari 225 pasang pernyataan ada 15 pasang yang sama. Tujuannya adalah
untuk mengetahui kesungguhan atau konsistensi subyek dalam mengerjakan tes.
Apabila konsisten dapat dikatakan bahwa subyek bersungguh-sungguh dalam
mengerjakan tes dan menjadi valid untuk diskor. Standar konsistensi pengerjaan
EPPS adalah 14, namun di Indonesia konsistensi 9 sudah dapat dikatakan valid
untuk diskor (Karmiyati & Suryaningrum, 2005).
3.
Tes
-
RMIB
Menurut sejarahnya, tes tersebut disusun oleh Rothwell
pertama kali pada tahun 1947. Saat itu tes ini hanya memiliki 9 jenis katagori
dari jenis-jenis pekerjaan yang ada. Kemudian pada tahun 1958, tes diperluas
dari 9 katagori menjadi 12 katagori oleh Kenneth Miller. Sejak saat itu, tes
minat tersebut menjadi Test Interest Rothwell-Miller atau yang lebih dikenal
dengan Tes RMIB (Rothwell Miller Interest Blank).
Tes ini sebenarnya bertujuan mengenal pasti minat
individu terhadap 12 kategori pekerjaan yaitu kategori Outdoor, Mechanical,
Computational, Scientific, Personal Contact, Aesthetic, Literary, Musical,
Social service, Clerical, Practical, Medical. Jumlah skor
yang terkecil menunjukkan
bidang minat yang utama
yang menjadi pilihan individu yang mengambil ujian ini, manakala jumlah
skor yang terbesar menunjukkan bidang minat tersebut paling tidak penting
kepadanya (Sidek, 1998).
Alat tes ini
banyak digunakan untuk
dunia pendidikan misalnya penjurusan di
SMA dan Perguruan
Tinggi, serta dapat digunakan
untuk dunia kerja dalam
penentuan posisi jabatan seseorang (placement).
-
Holland
Holland mengemukakan 4
asumsi (Winkel dan Hastuti, 2005) sebagai berikut:
a.
Ada 6 jenis model
lingkungan kerja à Realistic, investigative, artistic, social,
enterprising dan convensional.
b.
Orang mencari
lingkungan kerja yang memungkinkannya keterampilan-keterampilan dan
kemampuan-kemampuannya, mempraktikkan sikap-sikap dan nilai-nilainya dan
menerima masalah-masalah dan peranannya yang sesuai atau yang Kongruence.
c.
Perilaku seseorang
ditentukan atau dipengaruhi oleh interaksi kepribadian dan ciri-ciri lingkungan
karirnya.
Demikian blog mengenai
pelaksanaan tes individu dan kelompok serta tes apa aja saja yang
pelaksanaannya masuk ke dalam salah satu dari itu. Semoga bermanfaat!
Mohon maaf mbak, sumber referensinya mana ya?
BalasHapusmaterinya bagus kak, tapi ada baiknya disisipkan juga referensinya agar bisa dipertanggung jawabkan
BalasHapus