Haiiii!
Back my Blog! Kali ini Saya akan membahas seputar “Wawancara dan Observasi”,
yoo simak berikut ini…
WAWANCARA?
Merupakan proses
komunikasi intraksi antara dua pihak, setidaknya salah satunya telah menentukan
tujuan serius yang melibatkan tanya-jawab dari sebuah pertanyaan (Stewart &
Cash, 2014).
Moleong (dalam
Herdiansyah, 2005) mengatakan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan tersebut.
Dari
dua definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa wawancara yaitu interaksi antara dua pihak yang memiliki maksud
tertentu.
Ada
beberapa elemen penting dalam wawancara, seperti:
-
Interaktif
Interaktif disini
melibatkan pertukaran dan pembagian, dimana adanya proses tanya jawab dan bisa
berganti peranannya. Maka dari itu dalam proses wawancara dibutuhkan dua pihak
untuk menjadikan wawancara itu sukses.
-
Proses
Dalam prosesnya
wawancara merupakan hal yang kompleks dan bisa selalu berubah-ubah. Serta dalam
wawancara tidak terjadi diruang hampa.
-
Pihak
Proses dimana ada
dua pihak (bukan dua orang), maksud disini ada pihak yang “di-interviu” dan ada
pihak yang “meng-interviu”.
-
Tujuan
Semua wawancara
harus memiliki struktur tingkatan dan adanya sebuah perbincangan serta
berkembang lebih dari itu.
-
Pertanyaan
Adanya beberapa
peran dalam wawancara.
Ada
pula beberapa macam bentuk wawancara dari beberapa tokoh:
·
Bentuk-bentuk wawancara (Herdiansyah,
2009):
o
Wawancara
Terstruktur
à terkesan seperti
interogasi karena sangat kaku dan pertukaran informasi antara peneliti dengan
subjek yang diteliti sangat minim.
o
Wawancara
Semi-Terstruktur
à wawancara ini lebih
tepat jika dilakukan pada penelitian kualitatif.
o
Wawancara
Tidak Terstruktur
à hampir mirip dengan
bentuk wawancara semi terstruktur.
·
Bentuk Wawancara, dibagi menjadi
tradisional dan tidak tradisional (Stewart & Cash, 2014)
1.
Bentuk wawancara tradisional
berdasarkan fungsinya (Redding dalam Stewart & Cash, 2014):
a. Wawancara Memberi Informasi
Tujuan utamanya adalah saling bertukar
informasi secara akurat dan efektif. Sisi ini sekilas akan terlihar tidak
seperti wawancara karena pertanyaan dan jawaban hanya berperan kecil dalam
kejadian tersebut. Wawancara dalam bentuk ini sekedar bertukar fakta, data,
laporan, dan opini dari satu pihak ke pihak lain.
b. Wawancara Mengumpulkan Informasi
Pewawancara memiliki tujuan tertentu
untuk mengumpulkan keakuratan, kedalaman, dan informasi berguna melalui variasi
teknik pertanyaan, banyak dibuat dan dipersiapkan secara matang sebelum
wawancara dan kadang dibuat langsung di tempat secara hati-hati dengan melihat
respons secara perasaan, tindakan, dan sikap dari responden.
c.
Wawancara
Seleksi
Seleksi penting dalam kehidupan kita
sebagai perorangan dan organisasi. Bentuk umum dari wawancara seleksi mengambil
tempat antara perekrut yang sedang menyeleksi pelamar potensial untuk posisi
dalam organisasi dan pelamar yang berusaha mendapatkan posisi tersebut.
d. Meninjau Perilaku Responden
Jika
pihak yang diwawancarai memiliki suatu masalah pribadi atau organisasi,
pihak-pihak yang mungkin terlibat dalam wawancara konsultasi di mana
pewawancara berusaha untuk membantu pihak yang diwawancarai untuk mencapai
wawasan dalam sebuah masalah dan kemungkinan dalam menghadapi sebuah masalah.
e. Meninjau Perilaku Pewawancara
Dalam
bentuk wawancara, penekanannya pada perilaku wawancara, kinerja, atau sikap.
Pelaku pewawancara sangat penting dalam hubungan konsumen dengan pekerja bagian
pelanggan.
f.
Persuasif
Wawancara
persuasif terjadi setiap kali salah satu pihak berupaya mengubah atau
memperkuat pemikiran, perasaan, atau bertindak dari pihak lain.
2.
Bentuk wawancara non-tradisional
berdasarkan fungsinya (Redding dalam Stewart & Cash, 2014):
a. Wawancara yang Terfokus Pada Kelompok
Terdiri atas sekelompok kecil orang
sebagai pihak yang diwawancarai dan pewawancara sangat terampil, dipilih dengan
cermat kecil pertanyaan yang fokus pada topik tertentu.
b. Wawancara Telepon
Wawancara
melalui telepon menjadi sangat biasa dan kadang mengganggu. Wawancara telepon
nyaman dan tidak mahal. Pewawancara dan responden dapat berbicara dengan
beberapa orang pada saat bersamaan, langsung menjawab atau mengklarifikasi
pertanyaan, didengar dan menerima umpan balik. Masalah utama pada wawancara
telepon adalah kurangnya “kehadiran” kedua pihak. Mendengar suara tidak sama
dengan mengamati responden, penampilan pewawancara, cara, kontak mata, gerakan
wajah, postur.
c.
Wawancara
Konferensi Video
Lebih dari 10 tahun kemudian,
konferensi video telah berkembang jauh melampaui segala perkiraan termasuk
berbagai jenis wawancara. Karena sinyal visual terbatas pada bagian atas atau
wajah peserta atau gambaran kelompok dalam pihak wawancara, isyarat nonverbal
menjadi lebih sedikit. Hal ini lebih sulit untuk berinteraksi secara bebas dan
alami dengan orang-orang di layar.
d. Wawancara E-mail
Internet
tidak memiliki isyarat penting nonverbal dalam wawancara. Salah satu hambatan
untuk diatasi adalah keengganan salah satu pihak untuk mengetik jawaban yang
seharusnya lebih mudah mereka berikan secara langsung atau melalui telepon.
e. Wawancara Virtual
Wawancara
“virtual” mendapatkan banyak perhatian, tetapi makna dan penggunaannya
tergantung pada cara seseorang atau organisasi dalam mengartikan istilah
tersebut.
Ada 3 faktor dasar dari pewawancara:
1. Pendekatan Direktif
Pewawancara menetapkan tujuan wawancara
dan upaya untuk mengontrol alur, iklim, formalitas, dan arah wawancara.
Pertanyaan akan ditutup dengan singkat, jawaban langsung. Pendekatan direktif
mudah untuk dipelajari, membutuhkan waktu sedikit, memungkinkan anda
mempertahankan kontrol dan mudah untuk meniru dari satu wawancara ke yang
berikutnya.
2. Pendekatan Non-Direktif
Dalam pendekatan nondirektif, responden
memiliki kontrol yang signifikan terhadap materi, panjangnya jawaban, iklim
wawancara dan formalitas. Pendekatan non direktif memungkinkan responden untuk
berbagi kontrol. Pertanyaan cenderung terbuka dan netral untuk memberikan
kesempatan maksimal pada responden dan kebebasan untuk merespons.
3. Pendekatan Kombinasi
Peran
yang kita mainkan harus membimbing, tetapi tidak mendikte pendekatan. Anda
dapat memilih kombinasi pendekatan direktif dan nondirektif. Terlalu sering
pilihan pendekatan wawancara diatur oleh peran dan harapan masyarakat.
Tubuh Wawancara
-
Panduan
wawancara
Merupakan sebuah garis besar, tinjauan
tentang uraian dasar-dasar yang menetapkan struktur yang jelas dan sistematis
pada wawancara yang telah melalui pengkajian selama bertahun-tahun (Stewart
& Cash, 2014).
-
Urutan Garis Besar
Merupakan
bagian yang berguna dalam proses wawancara. Dengan adanya urutan, maka akan
membantu dalam mengatur topik dan menentukan tingkatan struktur dalam
wawancara. Terdapat beberapa macam urutan dalam urutan garis besar (Stewart
& Cash, 2014), yaitu:
1. Urutan
waktu, memperlakukan topik atau bagian topik dalam urutan kronologis.
2. Urutan
ruang, mengatur topik melalui bagian divisi ruang: kiri ke kanan, atas ke
bawah, utara ke selatan, atau lingkungan ke lingkungan.
3. Urutan sebab-akibat,
mengeksplorasi sebab dan akibat.
4. Urutan solusi
masalah, terdiri atas sebuah tahap masalah dan tahap solusi.
Perencanaan
Wawancara (Stewart
& Cash, 2014).
1. Wawancara Tidak Terencana
Digunakan apabila proses wawancara
terjadi cukup singkat, adanya perbedaan yang signifikan antara responden dengan
informasi yang telah di dapat sebelumnya, sulitnya menemui responden, ingatan
responden buruk dan waktu persiapan sedikit.
2. Wawancara Cukup Terencana
Berisi semua pertanyaan besar dengan
kemungkinan pertanyaan menyelidik di bawah masing-masing pertanyaan.
3. Wawancara Sangat Terencana
Menggunakan semua pertanyaan yang telah
disiapkan secara sama persis seperti yang tertulis saat wawancara berlangsung.
Ketika pertanyaan selesai diajukan, maka responden dapat memberikan jawaban
singkat dan spesifik.
4. Wawancara Sangat Terencana dengan
Standardisasi
Merupakan wawancara yang benar-benar
terencana dan terstruktur. Semua pertanyaan dan pilihan jawaban dinyatakan
dalam kata-kata identik kepada responden yang kemudian responden tersebut
memilih jawaban yang telah disediakan.
5. Kombinasi Perencanaan
§
Merupakan wawancara yang di setiap
kondisinya dapat menggunakan jenis-jenis tertentu dalam pelaksanaannya.
§
Pembukaan wawancara à
menggunakan pendekatan wawancara tidak terencana.
§
Dalam mendeteksi dan beradaptasi dengan
responden à menggunakan pendekatan
wawancara cukup terencana.
§
Untuk memudahkan informasi yang
bersifat kuantitif (usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, dan lain-lain) à
menggunakan pendekatan sangat terencana.
Urutan
Pertanyaan
§
Urutan
Lorong
(benang manik-manik), merupakan
serangkaian pertanyaan serupa, baik terbuka maupun tertutup.
§
Urutan
Saluran
à dimulai secara luas,
pertanyaan pembukaan-penutup, dan dilakukan proses dengan pertanyaan-pertanyaan
yang lebih ketat.
§
Urutan
Saluran Terbaik
à dimulai dengan
pertanyaan-pertanyaan tertutup dan berlanjut ke pertanyaan terbuka.
§
Urutan
Kombinasi
à hal ini terjadi
apabila situasi memaksa kita untuk melakukan kombinasi terhadap urutan-urutan
pertanyaan.
§
Urutan
Bentuk Quintamensional
George Gallup mengembangkan urutan
desain quintamensional untuk menilai intensitas dan sikap.
Membuka
Wawancara
Menurut Stewart & Cash (2014),
fungsi utama dari pembukaan adalah untuk memotivasi kedua belah pihak agar
dapat berpartisipasi secara sukarela untuk berkomunikasi secara bebas dan
akurat.
Proses
Dua Langkah
Pembukaan adalah proses dua langkah
membangun hubungan dan orientasi pihak lain yang mendorong partisipasi aktif
dan kemauan untuk melanjutkan ke dalam tubuh wawancara (Stewart & Cash,
2014).
a. Membangun Hubungan Kesesuaian
Kesesuaian adalah proses dalam
membangun dan mempertahankan sebuah hubungan antara pewawancara dan responden
dengan menciptakan perasaan baik dan kepercayaan (Stewart & Cash, 2014).
b. Orientasi Kepada Pihak Lain
Dalam hal ini, kita dapat menjelaskan
tujuan, panjang waktu, sifat wawancara, bagaimana sebuah informasi akan
dipergunakan, dan mengapa serta bagaimana kita sebagai pewawancara memilih
pihak tertentu untuk menjadi responden dalam wawancara.
Teknik
Pembukaan Verbal
Adanya teknik pembukaan verbal dapat
membangun hubungan yang baik, serta berperan sebagai pembuka yang lengkap.
a. Sebutkan Tujuan à
menjelaskan alasan mengapa wawancara dilakukan.
b. Meringkas Sebuah Masalah à teknik ini tepat
digunakan apabila responden tidak menyadari permasalahan secara terperinci.
c.
Jelaskan
Bagaimana Masalah Ditemukan à menjelaskan
bagaimana sebuah masalah terdeteksi.
d. Menawarkan Sebuah Insentif atau Hadiah à memberikan tawaran
hadiah kepada pihak yang mau berpartisipasi dalam wawancara
e. Permintaan Saran atau Bantuan à terjadi apabila
pewawancara mengalami kebutuhan bantuan.
f.
Mengenal
Posisi Responden à melakukan
identifikasi terhadap posisi responden mengenai isu atau sebuah permasalahan.
g. Mengacu pada Orang yang Mengirim Anda à jangan pernah
menggunakan nama seseorang yang mengutus anda tanpa seizinnya dan cari tahu
apakah responden menghormati dan menghargai nama orang yang mengutus anda.
h. Lihat Organisasi Anda à posisi anda dengan
organisasi dapat menentukan siapakah yang anda wawancara, kapan, dimana, dan
mengapa.
i.
Meminta
Jangka Waktu Tertentu à membuat
janji dengan responden untuk melakukan proses wawancara.
j.
Bertanya
k. Gunakan Kombinasi
Teknik Pembukaan Komunikasi Nonverbal
Komunikasi
nonverbal sangat kritis dalam menciptakan kesan-kesan yang baik dan menancapkan
legitimasi anda. Pembukaan yang efektif bergantung pada bagaimana anda
terlihat, sikap, dan apa perkataan anda (Stewart & Cash, 2014).
a. Teritorial
Meminta izin kepada responden untuk
melakukan proses wawancara.
b. Wajah, Penampilan, Busana
Kesan pertama yang baik, akan diberikan
melalui peran dari penampilan dan busana anda ketika bertemu dengan mereka sebagai
responden dalam wawancara.
c.
Sentuhan
Jabat tangan adalah salah satu sikap
yang dapat dilakukan ketika pertama kali bertemu dengan responden tanpa takut
menyakiti tangan mereka.
d. Membaca Komunikasi Nonverbal
Flyod (dalam Stewart & Cash, 2014)
mengatakan bahwa kualitas busana seseorang menjadi petunjuk relatif yang
menampilkan sosial ekonomi status seseorang dan tipe atau gaya busana dapat
memberi pengetahuan kepada kita untuk mengidentifikasikan pihak-pihak dalam
wawancara suatu budaya atau kelompok politik tertentu.
Menutup Wawancara
Mark Knapp dkk (dalam Stewart &
Cash, 2014) dalam penelitian klasik mereka tentang “leave-takin” dalam interaksi interpersonal, menggambarkan beragam
aksi variasi nonverbal dalam penutupan, kadang berlangsung sangat halus.
·
Pedoman
Menutup Wawancara
Ikuti aturan sederhana untuk melakukan
penutupan yang efektif, seperti:
1.
Penutupan seperti pembukaan adalah
sebuah dialog bukan monolog.
Ketika anda menjadi responden, ambil
peran aktif untuk menutup wawancara dengan merespons pertanyaan, dengan
menambah beberapa komentar atau fakta tanpa menutupi, dan mengekspresikan rasa
terima kasih di saat yang tepat.
2.
Jadilah jujur dan tulus dalam menutup
dan jangan membuat janji yang tidak dapat Anda tepati.
3.
Jaga kecepatan wawancara dengan hati-hati
jadi Anda tidak terlalu tergesa-gesa dalam menutup wawancara.
4.
Berhati-hati bahwa pihak lain akan
memerhatikan dan mengartikan semua yang Anda katakan dan lakukan
5.
Biarkan pintu terbuka dan mungkin
tentukan kapan Anda akan menghubungi responden lagi.
6.
Jangan mengenalkan topik baru atau ide
akan sesuatu saat wawancara secara fakta atau psikologi telah berada di akhir.
·
Teknik
Menutup
Jadilah kreatif dan imajinatif dalam
menutup sebuah wawancara. Apapun teknik yang digunakan, libatkan narasumber
dalam penutupan. Teknik berikut dapat memberi masukan dalam penutupan dimulai
dengan proses penutupan hingga penutupan sempurna, yaitu:
a. Penawaran Menjawab Pertanyaan
Jadilah responden yang tulus ketika
menjawab pertanyaan dengan memberi waktu pewawancara untuk bertanya.
b. Gunakan Pertanyaan Penerimaan
Pastikan permintaan Anda
dikomunikasikan secara tulus dan benar untuk mengetahui kekurangan dalam
pertanyaan, informasi atau pemahaman area topik.
c.
Nyatakan
Penyelesaian dari Tujuan Utama
Jelaskan bahwa tujuan Anda telah
selesai. Kata, baiklah merupakan tanda yang menjadi penutup daripada kata atau
kalimat lainnya.
d. Buat Pertanyaan Pribadi
Pertanyaan pribadi merupakan salah satu
langkah tepat untuk mengakhiri wawancara dan meningkatkan hubungan.
e. Buat Pertanyaan Profesional
Pertanyaan profesional bersifat lebih
formal dari pertanyaan pribadi, mereka juga harus tulus dan memperlihatkan
ketertarikan yang besar.
f.
Tanda Waktu
Habis
Teknik ini merupakan salah satu yang
efektif ketika batas waktu telah ditentukan sebelumnya atau saat pembukaan.
g. Jelaskan Alasan Penutupan
Jelaskan secara jujur kenapa wawancara
telah selesai. Alasan yang mengada-ada atau terdengar palsu dapat merusak
wawancara dan hubungan.
h. Ungkapkan Terima Kasih atau Kepuasan
Merupakan ungkapan penutup yang umum.
i.
Atur
Pertemuan Berikutnya
Jika wawancara lanjutan diperlukan,
Anda harus mengatur waktunya segera. Jika diperlukan menentukan waktu untuk
wawancara berikutnya, kalimat sederhana mungkin akan mengomunikasikan interaksi
yang akan terjadi.
j.
Ringkasan
Wawancara
Pastikan bahwa kesimpulan akurat dan
mencakup area besar dari informasi, analisis, dan kesepakatan.
·
Tindakan
Penutupan Nonverbal
Pahami yang diungkapkan oleh kata dan
tindakan kepada pihak lain. Putuskan mana teknik penutupan yang paling sesuai. Biasanya
Anda akan mengkombinasikan beberapa teknik verbal dan nonverbal untuk melakukan
penutupan yang efektif.
·
Wawancara
Konsultasi
Mempersiapkan Wawancara Konsultasi
1. Analisis Diri
Ketika kita ingin membantu orang lain,
maka terlebih dahulu kita harus mengenali siapa diri kita yang sebenarnya,
apabila kita tidak melakukannya, maka akan cukup sulit untuk membantu orang
lain.
a)
Kekuatan
dan Batasan
à kita perlu untuk
mengenali batasan-batasan diri mengenai apa yang bisa lakukan dan apa yang
tidak bisa kita lakukan. Jangan pernah mengatasi masalah yang tidak pernah Anda
atasi selama pelatihan. Hati-hatilah dalam menolong orang lain, karena mungkin
saja kita akan memberikan saran yang buruk.
b) Karakteristik Personal
Seorang konselor yang baik adalah orang
yang mempunyai pikiran terbuka, optimis, dapat menilai diri sendiri, rileks,
fleksibel, dan sabar (Stewart & Cash, 2014). Pewawancara yang menceritakan
pengalaman pribadi dirinya serta latar belakang dirinya membantu orang yang
diwawancarai menambah wawasan dan perspektif baru dalam membuat perubahan yang
disebabkan oleh persamaan hubungan dan jaminan (Stewart & Cash, 2014).
c)
Nilai
Helen Caumeron (dalam Stewart &
Cash, 2014) mengatakan bahwa setiap orang yang merasakan mereka dapat
mengoperasikan dari persepektif nilai netral adalah kesalahan yang fatal.
d)
Kesadaran
Budaya
Perbedaan budaya antar kelompok
memberikan variasi dalam wawancara konsultasi, dan tidak-sadar budaya merupakan
hal yang tidak dapat diterima. Penelitian mengungkapkan bahwa budaya memiliki
efek terhadap pengungkapan diri dalam proses wawancara konsultasi. Wanita lebih
sering mengungkapkan tentang dirinya dan masalah mereka mengenai seks dan latar
belakang diri berbeda dengan pria yang secara psikologis berupaya untuk
melindungi diri mereka dengan cara bertahan dari perasaan lemah dan reaksi
emosional mereka (Stewart & Cash, 2014).
e)
Hubungan
Berpikir secara teliti tentang hubungan
dengan responden karena ini sangat penting untuk setiap wawancara konsultasi.
Sherry Cirmier (dalam Stewart & Cash, 2014) mengatakan bahwa nilai
potensial dari sebuah hubungan berdasarkan dari ketidakmampuan menjadi
diabaikan karena hubungan adalah bagian yang spesifik dari proses yang
menyampaikan ketertarikan konselor dalam menerima klien sebagai hal unik dan
orang yang bermanfaat dan membangun kepercayaan untuk pengungkapan diri dan
pembukaan diri terjadi.
2. Menganalisis Responden
a. Pengumpulan Informasi à
Kita perlu waspada terhadap informasi potensial yang relevan secara gender,
umur, etnis, status sosial ekonomi, pengalaman kerja, latar belakang keluarga,
keanggotaan, riwayat medis dan psikologis, hasil uji, dan masalah lampau.
b. Antisipasi Pertanyaan dan Respon
Dua hal yang sangat perlu diperhatikan
adalah pewawancara harus siap menerima penolakan dari partisipan untuk
konsultasi serta lebih banyak mendengarkan daripada berbicara.
3. Pertimbangkan Pendekatan Wawancara
a. Pendekatan Langsung
Ciri-cirinya: Anda mengontrol struktur
wawancara, kecepatan interaksi, subjek yang dihadirkan dan dihindari, serta
lamanya waktu wawancara.
Responden lebih bereaksi dan menerima
dibandingkan dengan memegang peran utama dalam interaksi.
b. Pendekatan Tidak Langsung
Ciri-cirinya: responden melakukan
pengendalian terhadap struktur wawancara, menentukan topik, menentukan kapan
dan bagaimana proses diskusi akan mereka lakukan serta mengatur kecepatan dan
lamanya waktu wawancara.
Pendekatan ini menekankan bahwa
responden lebih mampu menganalisis masalah, menilai solusi, serta membuat
keputusan yang lebih baik
c.
Pendekatan
Kombinasi
Pendekatan ini banyak digunakan oleh
pewawancara konsultasi. Contohnya, memulai wawancara dengan pendekatan tidak
langsung, yakni mendorong responden untuk mengungkapkan permasalahannya.
Kemudian, Anda dapat mengubahnya menjadi pendekatan langsung mendiskusikan
hal-hal apa yang akan dijadikan sebagai tindakan. Pendekatan langsung merupakan
cara terbaik untuk memperoleh fakta, memberi informasi, dan membuat kesimpulan.
Sedangkan pendekatan tidak langsung mampu membuka area yang besar serta
mengeluarkan informasi secara spontan.
4. Pemilihan Pengaturan
Sediakanlah iklim yang kondusif untuk
konsultasi yang baik, tenang, nyaman, lokasi pribadi dan bebas gangguan. Mengatur
furnitur dapat berkontribusi untuk atau mengurangi informal, atnosfer
percakapan, jadi penting dalam sesi konsultasi.
Melakukan
Wawancara
1. Pembukaan
Menit pertama dalam sesi konsultasi
adalah mengatur nada verbal untuk mengingatkan.
a. Komentar Awal dan Reaksi
Jangan coba menebak-nebak alasan
responden membuat janji atau berkunjung. Seseorang mungkin tidak mengawali
wawancara untuk alasan ini tetapi merasa takut atau marah pada komentar dan
sikap Anda.
b. Hubungan dan Orientasi
Wawancara konsultasi mungkin memerlukan
waktu panjang untuk pengenalan dan membangun hubungan kerja, bahkan ketika Anda
telah lama mengenal responden.
2. Berani Mengungkapkan Diri
Pengungkapan kepercayaan, sikap,
perhatian, dan perasaan menentukan kesuksesan wawancara konsultasi dan faktor
utama dalam keputusan responden untuk mencari atau tidak mencari bantuan.
3. Mendengarkan
Mendengarkan adalah keahlian yang
sangat penting untuk dikuasai. Dengarkan untuk menjadi empati dan Anda akan
meyakinkan, kelembutan, mengekspresikan kehangatan dan coba menempatkan diri
dalam situasi responden dan dunianya.
4. Observasi
Amati cara responden duduk, bergerak,
gelisah, dan memelihara kontak mata. Perhatikan kekerasan suara, sifat takut,
bukti dari ketegangan dan perubahan. Observasi ini menyediakan petunjuk tentang
keseriusan masalah dan pikiran responden.
5. Pertanyaan
Pertanyaan memainkan peran penting
dalam wawancara konsultasi, tetapi mengajukan banyak pertanyaan adalah
kesalahan utama. Pertanyaan terbuka memberanikan responden untuk mengatakan dan
mengekspresikan emosi.
6. Merespons
Memilih respons yang sesuai untuk
permintaan pertanyaan dan informasi mungkin akan menyulitkan. Pendekatan ini
menyarankan respons sesuai untuk memperoleh dan mengidentifikasi perasaan
tentang ini, perasaan tentang masalah, dan perasaan kepercayaan terhadap
responden.
7. Menutup Wawancara
Responden harus dapat berkomentar
ketika terjadi penutupan. Jangan memulai topik baru dan pertanyaan baru.
Jadikanlah isi yang telah Anda tuju dan mungkin membuat responden mendiskusikan
masalah dan mengekspresikan perasaan.
8. Mengevaluasi Wawancara
Berpikir teliti dan kritis tentang
wawancara konsultasi yang Anda ikuti. Bersikaplah realistis. Persepsi Anda
tentang keberlangsungan wawancara dan reaksi responden secara berlebihan atau
salah.
9. Wawancara Telepon
Beberapa wawancara konsultasi dilakukan
melalui telepon. Wawancara telepon merupakan hal yang biasa karena tidak mahal,
meyakinkan dan mengizinkan untuk tidak menyebutkan nama (mungkin lebih “aman”
daripada interaksi tatap-muka), dapat memberikan satu pihak rasa mengontrol
(Anda dapat menggantungkan dalam beberapa waktu), dan dapat menempatkan jarak
yang panjang dan dalam beberapa waktu satu hari atau malam.
OBSERVASI?
Observasi berasal dari bahasa latin
yang berartikan memperhatikan dan mengikuti. Memperhatikan dan mengikuti dalam
arti mengamati dengan teliti dan sistematis sasaran perilaku yang dituju
(Banister, et al, 1994).
Catwright & Catwright
mendefinisikan sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta
“merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.
Tujuan à
Mendeksripsikan setting yang dipelajari, aktifitas-aktifitas yang berlangsung,
orang-orang yang terlibat dalam aktifitas, dan makna kejadian dilihat dari
perspektif mereka yang terlibat dari kejadian yang diamati tersebut menurut
Poerwandari (2007).
5
Metode Dalam Observasi, yaitu:
1. Anecdotal Record
Merupakan
salah satu metode dalam observasi dimana peneliti melakukan observasi dengan hanya
membawa kertas kosong untuk mencatat perilaku yang khas dan unik dari
seseorang.
2. Behavioral Checklist
Biasa
disebut checklist merupakan suatu metode dalam observasi yang mampu memberikan
keterangan mengenai muncul atau tidaknya perilaku yang di observasi dengan
memberikan tanda (√) jika perilaku yang di observasi muncul.
3. Participation Charts
Metode
ini hampir sama dengan metode cheklist yaitu melakukan observasi, merekam atau
mencatat perilaku y7ang muncul atau tidak muncul dari subyek yang di observasi
secara simultan dalam suatu kegiatan tertentu.
4. Behavior tallying and charting
Metode
ini memiliki kelebihan yaitu mampu menguantivikasikan perillaku yang muncul
dalam suatu rentang waktu yang di tentukan.
5. Rating Scale
Metode
ini hampir sama dengan behavioral cheklist atau partisipant charts, yaitu
mencatat perilaku sasaaran yang di munculkan oleh subyek atau observee.
Perbedaanya terletak pada kebutuhan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas
dari perilaku yang di teliti.
Kelebihan
|
kelemahan
|
1.
Dapat
melihat langsung apa yang sedang di kerjakan oleh subyek hingga pada hal-hal
yang mendetail, pekerjaan-pekerjaan rumit yang kadang kadang sulit untuk
diterangkan.
|
1.
Adanya
bias peneliti seperti peneliti terlalu baik atau terlalu “pelit” dalam
memberikan penilaian terhadap perilaku yang muncul.
|
2.
Dapat
menggambarkan lingkungan fisik dengan lebih detail, misalnya tata letak
ruangan, peralatan, penerangan, ganguan, dll.
|
2.
Perilaku
yang dimunculkan pada saat dilakukan observasi terkadang tidak
mempresentassikan perilaku dan kondisi yang sebenarnya.
|
3.
Dapat
mengukur tingkat suatu pekerjaan, dalam hal waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu unit pekerjaan tertentu.
|
3. Orientasi peneliti misalnya ketika
seseorang yang di observasi berpakaian rapih dan berperilaku sopan sehingga
jika peneliti menjunjung tinggi kerapian dan kesopanan, kecenderungan untuk
memberikan penilaian yang netral akan terganggu.
|
Meningkatkan
keakuratan observasi
a.
Melatih
agar pengamat seobyektif mungkin yaitu dengan tidak menbiarrkan kebutuhan dan
bias pribadi mereka mempengaruhi apa yang mereka amati dan dengan memisahkan
pengamatan diri dan interprestasi merupakan salah satu pedoman untuk
meningkatkan validitas data pengamatan.
b.
Mengamati
beberapa perilaku khusus yang di definisikan sebelumnya dengan menugmpulkan
beberapa pengamat dan mengumpulkan banyak sampel pengamatan yang mewakili juga
dapat meningkatkan keakuratan pengamatan.
Demikian Blog yang Saya buat kali
ini, semoga selalu bermanfaat!:)