Sabtu, 28 Mei 2016

Wawancara dan Observasi

Haiiii! Back my Blog! Kali ini Saya akan membahas seputar “Wawancara dan Observasi”, yoo simak berikut ini…

WAWANCARA?
Merupakan proses komunikasi intraksi antara dua pihak, setidaknya salah satunya telah menentukan tujuan serius yang melibatkan tanya-jawab dari sebuah pertanyaan (Stewart & Cash, 2014).

Moleong (dalam Herdiansyah, 2005) mengatakan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.

Dari dua definisi diatas dapat disimpulkan  bahwa wawancara yaitu interaksi antara dua pihak yang memiliki maksud tertentu.

Ada beberapa elemen penting dalam wawancara, seperti:

-          Interaktif
Interaktif disini melibatkan pertukaran dan pembagian, dimana adanya proses tanya jawab dan bisa berganti peranannya. Maka dari itu dalam proses wawancara dibutuhkan dua pihak untuk menjadikan wawancara itu sukses.

-          Proses
Dalam prosesnya wawancara merupakan hal yang kompleks dan bisa selalu berubah-ubah. Serta dalam wawancara tidak terjadi diruang hampa.

-          Pihak
Proses dimana ada dua pihak (bukan dua orang), maksud disini ada pihak yang “di-interviu” dan ada pihak yang “meng-interviu”.

-          Tujuan
Semua wawancara harus memiliki struktur tingkatan dan adanya sebuah perbincangan serta berkembang lebih dari itu.

-          Pertanyaan
Adanya beberapa peran dalam wawancara.

Ada pula beberapa macam bentuk wawancara dari beberapa tokoh:
·         Bentuk-bentuk wawancara (Herdiansyah, 2009):
o   Wawancara Terstruktur à terkesan seperti interogasi karena sangat kaku dan pertukaran informasi antara peneliti dengan subjek yang diteliti sangat minim.
o   Wawancara Semi-Terstruktur à wawancara ini lebih tepat jika dilakukan pada penelitian kualitatif.
o   Wawancara Tidak Terstruktur à hampir mirip dengan bentuk wawancara semi terstruktur.

·         Bentuk Wawancara, dibagi menjadi tradisional dan tidak tradisional (Stewart & Cash, 2014)

1.     Bentuk wawancara tradisional berdasarkan fungsinya (Redding dalam Stewart & Cash, 2014):
a.  Wawancara Memberi Informasi
Tujuan utamanya adalah saling bertukar informasi secara akurat dan efektif. Sisi ini sekilas akan terlihar tidak seperti wawancara karena pertanyaan dan jawaban hanya berperan kecil dalam kejadian tersebut. Wawancara dalam bentuk ini sekedar bertukar fakta, data, laporan, dan opini dari satu pihak ke pihak lain.
b.  Wawancara Mengumpulkan Informasi
Pewawancara memiliki tujuan tertentu untuk mengumpulkan keakuratan, kedalaman, dan informasi berguna melalui variasi teknik pertanyaan, banyak dibuat dan dipersiapkan secara matang sebelum wawancara dan kadang dibuat langsung di tempat secara hati-hati dengan melihat respons secara perasaan, tindakan, dan sikap dari responden.
c.   Wawancara Seleksi
Seleksi penting dalam kehidupan kita sebagai perorangan dan organisasi. Bentuk umum dari wawancara seleksi mengambil tempat antara perekrut yang sedang menyeleksi pelamar potensial untuk posisi dalam organisasi dan pelamar yang berusaha mendapatkan posisi tersebut.
d.  Meninjau Perilaku Responden
Jika pihak yang diwawancarai memiliki suatu masalah pribadi atau organisasi, pihak-pihak yang mungkin terlibat dalam wawancara konsultasi di mana pewawancara berusaha untuk membantu pihak yang diwawancarai untuk mencapai wawasan dalam sebuah masalah dan kemungkinan dalam menghadapi sebuah masalah.
e.  Meninjau Perilaku Pewawancara
Dalam bentuk wawancara, penekanannya pada perilaku wawancara, kinerja, atau sikap. Pelaku pewawancara sangat penting dalam hubungan konsumen dengan pekerja bagian pelanggan.
f.   Persuasif
Wawancara persuasif terjadi setiap kali salah satu pihak berupaya mengubah atau memperkuat pemikiran, perasaan, atau bertindak dari pihak lain.

2.    Bentuk wawancara non-tradisional berdasarkan fungsinya (Redding dalam Stewart & Cash, 2014):
a.  Wawancara yang Terfokus Pada Kelompok
Terdiri atas sekelompok kecil orang sebagai pihak yang diwawancarai dan pewawancara sangat terampil, dipilih dengan cermat kecil pertanyaan yang fokus pada topik tertentu.
b.  Wawancara Telepon
Wawancara melalui telepon menjadi sangat biasa dan kadang mengganggu. Wawancara telepon nyaman dan tidak mahal. Pewawancara dan responden dapat berbicara dengan beberapa orang pada saat bersamaan, langsung menjawab atau mengklarifikasi pertanyaan, didengar dan menerima umpan balik. Masalah utama pada wawancara telepon adalah kurangnya “kehadiran” kedua pihak. Mendengar suara tidak sama dengan mengamati responden, penampilan pewawancara, cara, kontak mata, gerakan wajah, postur.
c.   Wawancara Konferensi Video
Lebih dari 10 tahun kemudian, konferensi video telah berkembang jauh melampaui segala perkiraan termasuk berbagai jenis wawancara. Karena sinyal visual terbatas pada bagian atas atau wajah peserta atau gambaran kelompok dalam pihak wawancara, isyarat nonverbal menjadi lebih sedikit. Hal ini lebih sulit untuk berinteraksi secara bebas dan alami dengan orang-orang di layar.
d.  Wawancara E-mail
Internet tidak memiliki isyarat penting nonverbal dalam wawancara. Salah satu hambatan untuk diatasi adalah keengganan salah satu pihak untuk mengetik jawaban yang seharusnya lebih mudah mereka berikan secara langsung atau melalui telepon.
e.  Wawancara Virtual
Wawancara “virtual” mendapatkan banyak perhatian, tetapi makna dan penggunaannya tergantung pada cara seseorang atau organisasi dalam mengartikan istilah tersebut.

Ada 3 faktor dasar dari pewawancara:
1. Pendekatan Direktif
Pewawancara menetapkan tujuan wawancara dan upaya untuk mengontrol alur, iklim, formalitas, dan arah wawancara. Pertanyaan akan ditutup dengan singkat, jawaban langsung. Pendekatan direktif mudah untuk dipelajari, membutuhkan waktu sedikit, memungkinkan anda mempertahankan kontrol dan mudah untuk meniru dari satu wawancara ke yang berikutnya.
2. Pendekatan Non-Direktif
Dalam pendekatan nondirektif, responden memiliki kontrol yang signifikan terhadap materi, panjangnya jawaban, iklim wawancara dan formalitas. Pendekatan non direktif memungkinkan responden untuk berbagi kontrol. Pertanyaan cenderung terbuka dan netral untuk memberikan kesempatan maksimal pada responden dan kebebasan untuk merespons.
3. Pendekatan Kombinasi
Peran yang kita mainkan harus membimbing, tetapi tidak mendikte pendekatan. Anda dapat memilih kombinasi pendekatan direktif dan nondirektif. Terlalu sering pilihan pendekatan wawancara diatur oleh peran dan harapan masyarakat.


Tubuh Wawancara

-         Panduan wawancara
Merupakan sebuah garis besar, tinjauan tentang uraian dasar-dasar yang menetapkan struktur yang jelas dan sistematis pada wawancara yang telah melalui pengkajian selama bertahun-tahun (Stewart & Cash, 2014).
-         
Urutan Garis Besar
Merupakan bagian yang berguna dalam proses wawancara. Dengan adanya urutan, maka akan membantu dalam mengatur topik dan menentukan tingkatan struktur dalam wawancara. Terdapat beberapa macam urutan dalam urutan garis besar (Stewart & Cash, 2014), yaitu:
1. Urutan waktu, memperlakukan topik atau bagian topik dalam urutan kronologis.
2. Urutan ruang, mengatur topik melalui bagian divisi ruang: kiri ke kanan, atas ke bawah, utara ke selatan, atau lingkungan ke lingkungan.
3. Urutan sebab-akibat, mengeksplorasi sebab dan akibat.
4. Urutan solusi masalah, terdiri atas sebuah tahap masalah dan tahap solusi.

Perencanaan Wawancara (Stewart & Cash, 2014).
1.  Wawancara Tidak Terencana
Digunakan apabila proses wawancara terjadi cukup singkat, adanya perbedaan yang signifikan antara responden dengan informasi yang telah di dapat sebelumnya, sulitnya menemui responden, ingatan responden buruk dan waktu persiapan sedikit.
2.  Wawancara Cukup Terencana
Berisi semua pertanyaan besar dengan kemungkinan pertanyaan menyelidik di bawah masing-masing pertanyaan.
3.  Wawancara Sangat Terencana
Menggunakan semua pertanyaan yang telah disiapkan secara sama persis seperti yang tertulis saat wawancara berlangsung. Ketika pertanyaan selesai diajukan, maka responden dapat memberikan jawaban singkat dan spesifik.
4.  Wawancara Sangat Terencana dengan Standardisasi
Merupakan wawancara yang benar-benar terencana dan terstruktur. Semua pertanyaan dan pilihan jawaban dinyatakan dalam kata-kata identik kepada responden yang kemudian responden tersebut memilih jawaban yang telah disediakan.
5.  Kombinasi Perencanaan
§  Merupakan wawancara yang di setiap kondisinya dapat menggunakan jenis-jenis tertentu dalam pelaksanaannya.
§  Pembukaan wawancara à menggunakan pendekatan wawancara tidak terencana.
§  Dalam mendeteksi dan beradaptasi dengan responden à menggunakan pendekatan wawancara cukup terencana.
§  Untuk memudahkan informasi yang bersifat kuantitif (usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, dan lain-lain) à menggunakan pendekatan sangat terencana.

Urutan Pertanyaan
§  Urutan Lorong (benang manik-manik), merupakan serangkaian pertanyaan serupa, baik terbuka maupun tertutup.
§  Urutan Saluran à dimulai secara luas, pertanyaan pembukaan-penutup, dan dilakukan proses dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih ketat.
§  Urutan Saluran Terbaik à dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan tertutup dan berlanjut ke pertanyaan terbuka.
§  Urutan Kombinasi à hal ini terjadi apabila situasi memaksa kita untuk melakukan kombinasi terhadap urutan-urutan pertanyaan.
§  Urutan Bentuk Quintamensional
George Gallup mengembangkan urutan desain quintamensional untuk menilai intensitas dan sikap.

Membuka Wawancara
Menurut Stewart & Cash (2014), fungsi utama dari pembukaan adalah untuk memotivasi kedua belah pihak agar dapat berpartisipasi secara sukarela untuk berkomunikasi secara bebas dan akurat.

Proses Dua Langkah
Pembukaan adalah proses dua langkah membangun hubungan dan orientasi pihak lain yang mendorong partisipasi aktif dan kemauan untuk melanjutkan ke dalam tubuh wawancara (Stewart & Cash, 2014).
a.  Membangun Hubungan Kesesuaian
Kesesuaian adalah proses dalam membangun dan mempertahankan sebuah hubungan antara pewawancara dan responden dengan menciptakan perasaan baik dan kepercayaan (Stewart & Cash, 2014).
b.  Orientasi Kepada Pihak Lain
Dalam hal ini, kita dapat menjelaskan tujuan, panjang waktu, sifat wawancara, bagaimana sebuah informasi akan dipergunakan, dan mengapa serta bagaimana kita sebagai pewawancara memilih pihak tertentu untuk menjadi responden dalam wawancara.

Teknik Pembukaan Verbal
Adanya teknik pembukaan verbal dapat membangun hubungan yang baik, serta berperan sebagai pembuka yang lengkap.
a.  Sebutkan Tujuan à menjelaskan alasan mengapa wawancara dilakukan.
b.  Meringkas Sebuah Masalah à teknik ini tepat digunakan apabila responden tidak menyadari permasalahan secara terperinci.
c.   Jelaskan Bagaimana Masalah Ditemukan à menjelaskan bagaimana sebuah masalah terdeteksi.
d.  Menawarkan Sebuah Insentif atau Hadiah à memberikan tawaran hadiah kepada pihak yang mau berpartisipasi dalam wawancara
e.  Permintaan Saran atau Bantuan à terjadi apabila pewawancara mengalami kebutuhan bantuan.
f.   Mengenal Posisi Responden à melakukan identifikasi terhadap posisi responden mengenai isu atau sebuah permasalahan.
g.  Mengacu pada Orang yang Mengirim Anda à jangan pernah menggunakan nama seseorang yang mengutus anda tanpa seizinnya dan cari tahu apakah responden menghormati dan menghargai nama orang yang mengutus anda.
h.  Lihat Organisasi Anda à posisi anda dengan organisasi dapat menentukan siapakah yang anda wawancara, kapan, dimana, dan mengapa.
i.   Meminta Jangka Waktu Tertentu à membuat janji dengan responden untuk melakukan proses wawancara.
j.   Bertanya
k.  Gunakan Kombinasi

Teknik Pembukaan Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal sangat kritis dalam menciptakan kesan-kesan yang baik dan menancapkan legitimasi anda. Pembukaan yang efektif bergantung pada bagaimana anda terlihat, sikap, dan apa perkataan anda (Stewart & Cash, 2014).
a.  Teritorial
Meminta izin kepada responden untuk melakukan proses wawancara.
b.  Wajah, Penampilan, Busana
Kesan pertama yang baik, akan diberikan melalui peran dari penampilan dan busana anda ketika bertemu dengan mereka sebagai responden dalam wawancara.
c.   Sentuhan
Jabat tangan adalah salah satu sikap yang dapat dilakukan ketika pertama kali bertemu dengan responden tanpa takut menyakiti tangan mereka.
d.  Membaca Komunikasi Nonverbal
Flyod (dalam Stewart & Cash, 2014) mengatakan bahwa kualitas busana seseorang menjadi petunjuk relatif yang menampilkan sosial ekonomi status seseorang dan tipe atau gaya busana dapat memberi pengetahuan kepada kita untuk mengidentifikasikan pihak-pihak dalam wawancara suatu budaya atau kelompok politik tertentu.

Menutup Wawancara
Mark Knapp dkk (dalam Stewart & Cash, 2014) dalam penelitian klasik mereka tentang “leave-takin” dalam interaksi interpersonal, menggambarkan beragam aksi variasi nonverbal dalam penutupan, kadang berlangsung sangat halus.

·        Pedoman Menutup Wawancara
Ikuti aturan sederhana untuk melakukan penutupan yang efektif, seperti:
1.     Penutupan seperti pembukaan adalah sebuah dialog bukan monolog.
Ketika anda menjadi responden, ambil peran aktif untuk menutup wawancara dengan merespons pertanyaan, dengan menambah beberapa komentar atau fakta tanpa menutupi, dan mengekspresikan rasa terima kasih di saat yang tepat.
2.    Jadilah jujur dan tulus dalam menutup dan jangan membuat janji yang tidak dapat Anda tepati.
3.    Jaga kecepatan wawancara dengan hati-hati jadi Anda tidak terlalu tergesa-gesa dalam menutup wawancara.
4.    Berhati-hati bahwa pihak lain akan memerhatikan dan mengartikan semua yang Anda katakan dan lakukan
5.    Biarkan pintu terbuka dan mungkin tentukan kapan Anda akan menghubungi responden lagi.
6.    Jangan mengenalkan topik baru atau ide akan sesuatu saat wawancara secara fakta atau psikologi telah berada di akhir.

·        Teknik Menutup
Jadilah kreatif dan imajinatif dalam menutup sebuah wawancara. Apapun teknik yang digunakan, libatkan narasumber dalam penutupan. Teknik berikut dapat memberi masukan dalam penutupan dimulai dengan proses penutupan hingga penutupan sempurna, yaitu:
a.  Penawaran Menjawab Pertanyaan
Jadilah responden yang tulus ketika menjawab pertanyaan dengan memberi waktu pewawancara untuk bertanya.
b.  Gunakan Pertanyaan Penerimaan
Pastikan permintaan Anda dikomunikasikan secara tulus dan benar untuk mengetahui kekurangan dalam pertanyaan, informasi atau pemahaman area topik.
c.   Nyatakan Penyelesaian dari Tujuan Utama
Jelaskan bahwa tujuan Anda telah selesai. Kata, baiklah merupakan tanda yang menjadi penutup daripada kata atau kalimat lainnya.
d.  Buat Pertanyaan Pribadi
Pertanyaan pribadi merupakan salah satu langkah tepat untuk mengakhiri wawancara dan meningkatkan hubungan.
e.  Buat Pertanyaan Profesional
Pertanyaan profesional bersifat lebih formal dari pertanyaan pribadi, mereka juga harus tulus dan memperlihatkan ketertarikan yang besar.
f.   Tanda Waktu Habis
Teknik ini merupakan salah satu yang efektif ketika batas waktu telah ditentukan sebelumnya atau saat pembukaan.
g.  Jelaskan Alasan Penutupan
Jelaskan secara jujur kenapa wawancara telah selesai. Alasan yang mengada-ada atau terdengar palsu dapat merusak wawancara dan hubungan.
h.  Ungkapkan Terima Kasih atau Kepuasan
Merupakan ungkapan penutup yang umum.
i.   Atur Pertemuan Berikutnya
Jika wawancara lanjutan diperlukan, Anda harus mengatur waktunya segera. Jika diperlukan menentukan waktu untuk wawancara berikutnya, kalimat sederhana mungkin akan mengomunikasikan interaksi yang akan terjadi.
j.   Ringkasan Wawancara
Pastikan bahwa kesimpulan akurat dan mencakup area besar dari informasi, analisis, dan kesepakatan.

·        Tindakan Penutupan Nonverbal
Pahami yang diungkapkan oleh kata dan tindakan kepada pihak lain. Putuskan mana teknik penutupan yang paling sesuai. Biasanya Anda akan mengkombinasikan beberapa teknik verbal dan nonverbal untuk melakukan penutupan yang efektif.

·        Wawancara Konsultasi
Mempersiapkan Wawancara Konsultasi
1.  Analisis Diri
Ketika kita ingin membantu orang lain, maka terlebih dahulu kita harus mengenali siapa diri kita yang sebenarnya, apabila kita tidak melakukannya, maka akan cukup sulit untuk membantu orang lain.
a)    Kekuatan dan Batasan à kita perlu untuk mengenali batasan-batasan diri mengenai apa yang bisa lakukan dan apa yang tidak bisa kita lakukan. Jangan pernah mengatasi masalah yang tidak pernah Anda atasi selama pelatihan. Hati-hatilah dalam menolong orang lain, karena mungkin saja kita akan memberikan saran yang buruk.
b)  Karakteristik Personal
Seorang konselor yang baik adalah orang yang mempunyai pikiran terbuka, optimis, dapat menilai diri sendiri, rileks, fleksibel, dan sabar (Stewart & Cash, 2014). Pewawancara yang menceritakan pengalaman pribadi dirinya serta latar belakang dirinya membantu orang yang diwawancarai menambah wawasan dan perspektif baru dalam membuat perubahan yang disebabkan oleh persamaan hubungan dan jaminan (Stewart & Cash, 2014).
c)   Nilai
Helen Caumeron (dalam Stewart & Cash, 2014) mengatakan bahwa setiap orang yang merasakan mereka dapat mengoperasikan dari persepektif nilai netral adalah kesalahan yang fatal.
d)   Kesadaran Budaya
Perbedaan budaya antar kelompok memberikan variasi dalam wawancara konsultasi, dan tidak-sadar budaya merupakan hal yang tidak dapat diterima. Penelitian mengungkapkan bahwa budaya memiliki efek terhadap pengungkapan diri dalam proses wawancara konsultasi. Wanita lebih sering mengungkapkan tentang dirinya dan masalah mereka mengenai seks dan latar belakang diri berbeda dengan pria yang secara psikologis berupaya untuk melindungi diri mereka dengan cara bertahan dari perasaan lemah dan reaksi emosional mereka (Stewart & Cash, 2014).
e)   Hubungan
Berpikir secara teliti tentang hubungan dengan responden karena ini sangat penting untuk setiap wawancara konsultasi. Sherry Cirmier (dalam Stewart & Cash, 2014) mengatakan bahwa nilai potensial dari sebuah hubungan berdasarkan dari ketidakmampuan menjadi diabaikan karena hubungan adalah bagian yang spesifik dari proses yang menyampaikan ketertarikan konselor dalam menerima klien sebagai hal unik dan orang yang bermanfaat dan membangun kepercayaan untuk pengungkapan diri dan pembukaan diri terjadi.

2.  Menganalisis Responden
a.  Pengumpulan Informasi à Kita perlu waspada terhadap informasi potensial yang relevan secara gender, umur, etnis, status sosial ekonomi, pengalaman kerja, latar belakang keluarga, keanggotaan, riwayat medis dan psikologis, hasil uji, dan masalah lampau.
b.  Antisipasi Pertanyaan dan Respon
Dua hal yang sangat perlu diperhatikan adalah pewawancara harus siap menerima penolakan dari partisipan untuk konsultasi serta lebih banyak mendengarkan daripada berbicara.

3.  Pertimbangkan Pendekatan Wawancara
a.  Pendekatan Langsung
Ciri-cirinya: Anda mengontrol struktur wawancara, kecepatan interaksi, subjek yang dihadirkan dan dihindari, serta lamanya waktu wawancara.
Responden lebih bereaksi dan menerima dibandingkan dengan memegang peran utama dalam interaksi.
b.  Pendekatan Tidak Langsung
Ciri-cirinya: responden melakukan pengendalian terhadap struktur wawancara, menentukan topik, menentukan kapan dan bagaimana proses diskusi akan mereka lakukan serta mengatur kecepatan dan lamanya waktu wawancara.
Pendekatan ini menekankan bahwa responden lebih mampu menganalisis masalah, menilai solusi, serta membuat keputusan yang lebih baik
c.   Pendekatan Kombinasi
Pendekatan ini banyak digunakan oleh pewawancara konsultasi. Contohnya, memulai wawancara dengan pendekatan tidak langsung, yakni mendorong responden untuk mengungkapkan permasalahannya. Kemudian, Anda dapat mengubahnya menjadi pendekatan langsung mendiskusikan hal-hal apa yang akan dijadikan sebagai tindakan. Pendekatan langsung merupakan cara terbaik untuk memperoleh fakta, memberi informasi, dan membuat kesimpulan. Sedangkan pendekatan tidak langsung mampu membuka area yang besar serta mengeluarkan informasi secara spontan.

4.  Pemilihan Pengaturan
Sediakanlah iklim yang kondusif untuk konsultasi yang baik, tenang, nyaman, lokasi pribadi dan bebas gangguan. Mengatur furnitur dapat berkontribusi untuk atau mengurangi informal, atnosfer percakapan, jadi penting dalam sesi konsultasi.

Melakukan Wawancara
1.  Pembukaan
Menit pertama dalam sesi konsultasi adalah mengatur nada verbal untuk mengingatkan.
a.  Komentar Awal dan Reaksi
Jangan coba menebak-nebak alasan responden membuat janji atau berkunjung. Seseorang mungkin tidak mengawali wawancara untuk alasan ini tetapi merasa takut atau marah pada komentar dan sikap Anda.
b.  Hubungan dan Orientasi
Wawancara konsultasi mungkin memerlukan waktu panjang untuk pengenalan dan membangun hubungan kerja, bahkan ketika Anda telah lama mengenal responden.
2.  Berani Mengungkapkan Diri
Pengungkapan kepercayaan, sikap, perhatian, dan perasaan menentukan kesuksesan wawancara konsultasi dan faktor utama dalam keputusan responden untuk mencari atau tidak mencari bantuan.
3.  Mendengarkan
Mendengarkan adalah keahlian yang sangat penting untuk dikuasai. Dengarkan untuk menjadi empati dan Anda akan meyakinkan, kelembutan, mengekspresikan kehangatan dan coba menempatkan diri dalam situasi responden dan dunianya.
4.  Observasi
Amati cara responden duduk, bergerak, gelisah, dan memelihara kontak mata. Perhatikan kekerasan suara, sifat takut, bukti dari ketegangan dan perubahan. Observasi ini menyediakan petunjuk tentang keseriusan masalah dan pikiran responden.
5.  Pertanyaan
Pertanyaan memainkan peran penting dalam wawancara konsultasi, tetapi mengajukan banyak pertanyaan adalah kesalahan utama. Pertanyaan terbuka memberanikan responden untuk mengatakan dan mengekspresikan emosi.
6.  Merespons
Memilih respons yang sesuai untuk permintaan pertanyaan dan informasi mungkin akan menyulitkan. Pendekatan ini menyarankan respons sesuai untuk memperoleh dan mengidentifikasi perasaan tentang ini, perasaan tentang masalah, dan perasaan kepercayaan terhadap responden.
7.  Menutup Wawancara
Responden harus dapat berkomentar ketika terjadi penutupan. Jangan memulai topik baru dan pertanyaan baru. Jadikanlah isi yang telah Anda tuju dan mungkin membuat responden mendiskusikan masalah dan mengekspresikan perasaan.
8.  Mengevaluasi Wawancara
Berpikir teliti dan kritis tentang wawancara konsultasi yang Anda ikuti. Bersikaplah realistis. Persepsi Anda tentang keberlangsungan wawancara dan reaksi responden secara berlebihan atau salah.
9.  Wawancara Telepon
Beberapa wawancara konsultasi dilakukan melalui telepon. Wawancara telepon merupakan hal yang biasa karena tidak mahal, meyakinkan dan mengizinkan untuk tidak menyebutkan nama (mungkin lebih “aman” daripada interaksi tatap-muka), dapat memberikan satu pihak rasa mengontrol (Anda dapat menggantungkan dalam beberapa waktu), dan dapat menempatkan jarak yang panjang dan dalam beberapa waktu satu hari atau malam.



OBSERVASI?
Observasi berasal dari bahasa latin yang berartikan memperhatikan dan mengikuti. Memperhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati dengan teliti dan sistematis sasaran perilaku yang dituju (Banister, et al, 1994).

Catwright & Catwright mendefinisikan sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.
Tujuan à Mendeksripsikan setting yang dipelajari, aktifitas-aktifitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktifitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dari kejadian yang diamati tersebut menurut Poerwandari (2007).

5 Metode Dalam Observasi, yaitu:
1.  Anecdotal Record
Merupakan salah satu metode dalam observasi dimana peneliti melakukan observasi dengan hanya membawa kertas kosong untuk mencatat perilaku yang khas dan unik dari seseorang.
2.  Behavioral Checklist
Biasa disebut checklist merupakan suatu metode dalam observasi yang mampu memberikan keterangan mengenai muncul atau tidaknya perilaku yang di observasi dengan memberikan tanda (√) jika perilaku yang di observasi muncul.
3.  Participation Charts
Metode ini hampir sama dengan metode cheklist yaitu melakukan observasi, merekam atau mencatat perilaku y7ang muncul atau tidak muncul dari subyek yang di observasi secara simultan dalam suatu kegiatan tertentu.
4.  Behavior tallying and charting
Metode ini memiliki kelebihan yaitu mampu menguantivikasikan perillaku yang muncul dalam suatu rentang waktu yang di tentukan.
5.  Rating Scale
Metode ini hampir sama dengan behavioral cheklist atau partisipant charts, yaitu mencatat perilaku sasaaran yang di munculkan oleh subyek atau observee. Perbedaanya terletak pada kebutuhan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas dari perilaku yang di teliti.

Kelebihan
kelemahan
1.     Dapat melihat langsung apa yang sedang di kerjakan oleh subyek hingga pada hal-hal yang mendetail, pekerjaan-pekerjaan rumit yang kadang kadang sulit untuk diterangkan.
1.     Adanya bias peneliti seperti peneliti terlalu baik atau terlalu “pelit” dalam memberikan penilaian terhadap perilaku yang muncul.
2.    Dapat menggambarkan lingkungan fisik dengan lebih detail, misalnya tata letak ruangan, peralatan, penerangan, ganguan, dll.
2.    Perilaku yang dimunculkan pada saat dilakukan observasi terkadang tidak mempresentassikan perilaku dan kondisi yang sebenarnya.
3.    Dapat mengukur tingkat suatu pekerjaan, dalam hal waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu unit pekerjaan tertentu.
3.    Orientasi peneliti misalnya ketika seseorang yang di observasi berpakaian rapih dan berperilaku sopan sehingga jika peneliti menjunjung tinggi kerapian dan kesopanan, kecenderungan untuk memberikan penilaian yang netral akan terganggu.

Meningkatkan keakuratan observasi
a.    Melatih agar pengamat seobyektif mungkin yaitu dengan tidak menbiarrkan kebutuhan dan bias pribadi mereka mempengaruhi apa yang mereka amati dan dengan memisahkan pengamatan diri dan interprestasi merupakan salah satu pedoman untuk meningkatkan validitas data pengamatan.
b.    Mengamati beberapa perilaku khusus yang di definisikan sebelumnya dengan menugmpulkan beberapa pengamat dan mengumpulkan banyak sampel pengamatan yang mewakili juga dapat meningkatkan keakuratan pengamatan.



Demikian Blog yang Saya buat kali ini, semoga selalu bermanfaat!:)